Mengungkap Pusat Peradaban Balanipa – Sendana (Bagian 16)
(Penguatan Identitas, Kebhinekaan dan Kemaritiman Mandar)
Reportase Muhammad Munir
Rombongan peneliti memilih bersilaturrahmi ke Sekretariat Forum Pemerhati Masyarakat Qur’ani (FPMQ) di Podang Desa Banua Sendana, sembari menunggu kami yang nyasar ke Putta’da akibat miskomunikasi.
Setelah kami tiba, langsung menuju ke Masjid Kerajaan Sendana untuk sholat dhuhur dan makan siang. Waktu menunjukkan pukul 13.00 siang. Kondisi masih hujan, meski tidak lebat. Fahmi terhubung ke Pak Hasan, salah satu tokoh masyarakat Podang yang kerap menjadi pemandu setiap ada orang yang riset atau ingin berziarah ke situs-situs sejarah di Sendana.
Hasan bukan orang baru buat penulis, sejak 2016, penulis sudah sering bertemu di Kantor DPRD Majene maupun di rumah Pak Darmansyah sewaktu masih menjabat sebagai Ketua DPRD Majene. Pada periode kepemimpinan Darmansyah di DPRD, penulis sempat menjadi staf ahli beberapa tahun, juga menjadi sekretaris yang mendampingi beliau sebagai Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Cabang Sulbar pasca Kongres Sejarah Nasional tahun 2016 di Sahid Jaya Hotel Jakarta.
Sampai saat ini, kepengurusan MSI Cabang Sulbar yang sudah demisioner itu tak pernah ada muscab untuk membentuk kepengurusan baru MSI Cabang Sulbar.
Agenda hari ini adalah pemantauan lapangan untuk mendeteksi kemungkinan pusat perkampungan pertama yang ada di Podang sebelum menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Sendana yang dipindahkan dari Sa’adawang Putta’da.