Balai Pelestarian Kebudayaan Digitalisasi Naskah Kuno Banggae

MANDARNESIA.COM, Majene — Lembaga Masyarakat Peduli Kepariwisataan Indonesia (LAMPU PAINDO) Kabupaten Majene mendapatkan Bantuan Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan tahun 2024. Topik kegiatan Pendokumentasian dan Digitalisasi Naskah Lontar Banggae Majene tahun 2024 yang dilaksanakan dari tanggal 25-28 Juli 2024.

Koordinator kegiatan Subhan, S.Pd. menyampaikan ini sebagai upaya penyelamatan terhadap naskah lontar kuno Banggae yang masih tersimpan di masyarakat.

“Ini bentuk apresiasi pemerintah melalui Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVIII Palu yang wilayah kerjanya Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat. Kita dianggap memiliki rekam jejak bidang kebudayaan dan pernaskahan bersama penggiat literasi dan budaya. Sehingga menjadi stimulan bagi pemerhati naskah kuno di Majene agar terus melakukan identifikasi naskah-naskah kuno,” beber Subhan dalam rilis ke mandarnesia.com, Senin, (29/7/2024).

Lontar Banggae

Ada tiga askah kuno yang didigitalisasi untuk didokumentasikan, yakni milik keluarga Ibu Husna Atjo, lontar pertama berisi tentang perjanjian, pengobatan, putika dan denah kampung.

Lontar kedua berisi tentang silsilah Kerajaan Banggae cerita tentang Talise, anak Tomakaka Totoli dll. Lontar ketiga tentang catatan harian Nahkoda Ipuanna Isahu.

Thamrin Uwai Randang sebagai konservator naskah menyampaikan dari tiga naskah yang ada, memiliki jenis kertas yang memuat tanda air bergambar singa membawa pedang dalam lingkaran bermahkota dan tulisan Concordiaresparvae Crescunt. Beredar pada pertengahan abad ke 19. Diperkirakan naskah ini seusia dengan naskah sebelumnya yakni kira-kira 150 tahun.

Tanda air (Watermark) pada kertas naskah

“Terdapat tiga naskah dengan kondisi korosi ada yang sudah parah sehingga terbentuk patahan dan juga ada yang baru mengalami gejala korosi ringan, ditandai dengan adanya warna kehitaman pada ruas yang ada tulisan,” urai Thamrin

Lebih jauh Thamrin menyebut bahwa kondisi naskah rapuh, berlubang, robek, patah, bernoda, ada perekat, foxing, pencoklatan, satu naskah rusak pada jahitannya.

“Kami berharap pemerintah daerah bisa proaktif dalam menangani beberapa naskah yang masih tersimpan di masyarakat sebelum terlambat karena isi dari naskah ini bisa menjadi bahan informasi jejak sejarah Mandar di masa lalu. Kemudian perlu adanya perekrutan Jurusan Filologi, dan konservator naskah kuno karena ini sangat penting,” harap Thamrin.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Majene Drs. Ahmad Djamaan, M.Si menyampaikan ucapan terima kasih kepada BPK Wilayah XVIII Sultengbar yang telah memberikan bantuan kepada Lampu Paindo Majene yang digawangi Subhan, Thamrin Uwai Randang dan tim dalam upaya pemeliharaan naskah kuno di Majene

“Kami berharap ini menjadi langkah awal buat kita semoga naskah-naskah kuno yang masih berada di masyarakat bisa kita data dan jaga. Demi pelestarian manuskrip di Tanah Mandar sebagai upaya menjaga tinggalan sejarah dan budaya kita. Semoga BPK Wilayah XVIII bisa terus melakukan pendampingan kepada kami demi lestarinya naskah-naskah kuno ini,” harap Ahmad Djamaan.

Ayo Lestarikan Naskah Nusantara. (Rls/WM/*)