Malladzi Adaq Prosesi Pernikahan Bangsawan Ala Kerajaan Balanipa

MANDARNESIA.COM, Wonomulyo, — Ritual adat yang sarat makna dan nilai tradisi kembali digelar di tanah Mandar. Pernikahan adat bangsawan Kerajaan Balanipa bertajuk “Malladzi Adaq” Arayang Balanipa.

Momen spesial ini dilaksanakan dengan penuh khidmat pada Senin, (5/5/2025) di Sumberjo, Wonomulyo, Kabupaten Polewali Mandar.

Pernikahan ini begitu sakral bagi keluarga bangsawan, yakni pernikahan anak bungsu dari Puang H. Najamuddin Ibrahim, Pepuangan Limboro. Prosesi adat ini dihadiri langsung oleh Yang Mulia Arayang Balanipa, Andi Harian Rasjid, beserta seluruh perangkat hadat kerajaan yang terdiri dari Maraqdia Matoa, Pukkali, Paqbicara Kayyang, Paqbicara Kenje, Pepuangan Limboro, Pepuangan Biring Lembang, dan Pepuangan Tenggelang.

Nuansa budaya dan adat istiadat Mandar kental terasa sepanjang rangkaian acara. Tradisi “Malladzi” yang sakral dan penuh simbolisme memperlihatkan betapa luhur dan terjaganya tata cara pernikahan dalam struktur kebangsawanan Balanipa Mandar.

Tidak hanya menjadi seremoni keluarga, pernikahan ini juga menjadi sarana edukasi budaya bagi masyarakat luas, terutama generasi muda, tentang pentingnya pelestarian nilai-nilai kemandaran dalam kehidupan modern.

Hal tersebut disampaikan oleh Pukkali Dr. K.H. Abdul Madjid DJalaluddin, dan Pepuangan Limboro Drs. H. Mahyuddin Ibrahim, MM. dengan menegaskan,
pernikahan adat bangsawan Mandar (Malladzi Adaq) tidak bisa dilakukan semua orang.

“Acara ‘malladzi adaq’ tersebut khusus bagi turunan bangsawan dan perangkat adat dalam Kerajaan Balanipa. Ini sebagai bentuk legitimasi dari masyarakat Balanipa terhadap struktural Kerajaan Balanipa (Arayang Balanipa),” terang kedua tokoh disela prosesi adat ini.

Acara dikelola secara profesional oleh WO Sipakatau Management, Wedding Organizer adat Mandar yang dikenal konsisten dalam mengangkat tradisi lokal dalam setiap perhelatan.

Prosesi pernikahan adat seperti ini diharap sebagai keberlanjutan dan pengenalan budaya Mandar khususnya Balanipa kepada generasi penerus semakin kuat. Tradisi bukan hanya untuk dikenang, tetapi untuk terus dihidupi dan diwariskan. (*)