Laporan: Nining Andayani Salman
PONDOK Pesantren Modern Al-ikhlas Lampoko salah satu pesantren terbesar yang ada di Sulawesi Barat. Pondok ini berada di Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar. Sejak berdiri pada tahun 1992 telah melahirkan lapisan generasi hebat yang kini tersebar di seluruh penjuru Indonesia hingga luar negeri.
Menelisik sejarah berdirinya Pondok Pesantren Al-Ikhlash Lampoko bukan tanpa perjuangan. Melainkan bentuk kedermawanan seorang saudagar dari Tanah Mandar bernama H. Zikir dan para tokoh-tokoh agama, yang resah dengan kondisi anak-anak dari Mandar yang harus menempuh pendidikan agama di tempat yang jauh. Saudagar atau pebisnis kawakan ini mewakafkan hartanya demi mendirikan pondok pesantren Al-Ikhlash Lampoko.
Eksistensi pesantren saat ini dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan, terkhusus di Sulawesi Barat. Dapat dilihat dari respon masyarakat yang kian percaya untuk memasukkan anaknya di lingkup pesantren. Kemunduran sempat terjadi saat pendemi covid-19.
Santri merupakan istilah yang dilekatkan pada siswa-siswi yang belajar dan tinggal di lingkup pondok pesantren. Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tradisional di Indonesia, di mana para santri (murid) tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan seorang kiai (guru agama). Beberapa elemen yang terdapat pada pesantren meliputi: kiai (guru besar), santri (murid), masjid, asrama dan pembelajaran keilmuan agama.
Narasi di atas disadur dari dialog dalam siniar atau Podcast “NGOVI” Tribun Timur dengan Pimpinan Ponpes Ag. Ihsan Zainuddin, Lc. DPIL. yang dirilis Kamis, 18 April 2025.
Menurut alumni PPM Al-Ikhlash ini sejarah perjuangan pesantren dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia sangat penting.
“Pesantren merupakan bentuk perjuangan, sebagaimana kisah-kisah pesantren di bawah naungan KH. Hasyim Asy’ari pendiri NU, yang menghidupkan pesantren. Bukan hanya sebagai tempat belajar agama melainkan juga basis pergerakan melawan penjajah,” terang Kiai muda ini.
Namun saat ini bukan lagi untuk melawan penjajah. Santri harus mampu beradaptasi di tengah hiruk-piruk zaman yang semakin meningkat pesat. Untuk menjawab tantangan menuju Indonesia emas 2045, segenap elemen PPM Al-Ikhlash harus siap bersinergi dengan perkembangan zaman.”
Ag Ihsan Zainuddin, Lc. DPIL. mengatakan pula, “Kurikulum yang berjalan saat ini di pondok pesantren modern Al-Ikhlas harus selalu selaras dengan perkembangan zaman, sehingga kultur yang dihidupkan di lingkup pondok pesantren mampu menyiapkan santri untuk masa depan.
Alumni Al-Ashar Kairo ini menyebut beberapa poin seperti kedisiplinan, kesabaran, komitmen, kemampuan hidup bersama dan tetap dekat dengan allah SWT selalu menjadi pokok utama di pondok yang dipimpinnya.
Tantangan terbesar seperti globalisasi dan inovasi digitalisasi harus tetap dapat berkolaborasi dengan santri dan kehidupan pondok pesantren untuk dapat memberikan sumbangsih yang nyata pada Indonesia emas 2045.
Dikatakan, untuk memajukan Pondok Pesantren Modern Al-Ikhlas Lampoko tetap membutuhkan faktor eksternal, selain dengan memajukan lingkungan pondok.
Wawancara ini juga menghadirkan Apriadi S.T selaku Ketua Umun PB KAPMI. Dia mengungkapkan pesan kepada calon alumni, “Kualitas akhlak itu penting, ilmu yang sudah diberikan jangan berhenti setelah keluar dari pondok. Keberhasilan cita-cita yang akan kita raih dan profesi apapun yang akan kita geluti harus selalu menjadi dasar dari nilai-nilai akhlak seorang santri.”
Ag Ihsan Zainuddin, Lc. DPIL. menambahkan, “Seorang santri harus bersungguh-sungguh dalam belajar, berakhlak, berilmu dan berprestasi. Kompetisi-kompetisi harus dimenangkan untuk menjaga eksistensi sebagai santri, dan ilmu yang dimiliki tidak berarti tanpa akhlak.” (*)