Pedagang Cemas, Pasar Malunda Rawan Rubuh

Reporter: Sudirman Syarif

MAJENE, mandarnesia.com — Para penyitas gempa masih dibayangi rasa cemas, bangunan Pasar Malunda yang rusak akibat gempa, sewaktu-waktu bisa merenggut nyawa mereka kala mencari nafkah di situasi sulit seperti sekarang.

Sejak 14 Januari lalu, tembok kios-kios di pasar rusak, namun tetap dibiarkan begitu saja. Bagian atap yang bermaterial baja ringan rusak belakangan, setelah anging kencang melanda wilayah itu beberapa pekan usai gempa.

Suara cemas ini disuarakan salah satu pedagang pasar yang juga merupakan korban gempa, Asmawi. Keinginannya menjadi harapan para pedagang pasar, agar meterial bagunan yang sudah rusak segera dibersihkan. “Kita khawatir, maunya kita, yang membahayakan itu dilepas saja,” katanya, Kamis (1/4/2021).

Pasar Malunda sisa gempa 6,2 M yang belum terurus

Permasalahan itu telah ia sampaikan kepada Pemerintah Kecamatan dan Kabupaten Majene. Namun jawaban atas masalah itu justru bertolak belakang. Instansi terkait memerintahkan untuk membersihkan material bangunan yang membahayakan. Sementara pemerintah setempat meminta untuk bersabar sebelum ada tim asesmen yang turun ke lokasi.

“Sementara Pemerintah di sini menyampaikan, jangan dulu disentuh-sentuh (Bangunan rubuh). Karena rencananya bangunan tersebut akan direhab. Tapi kan sudah lama berlarut-larut. Sudah berapa bulan pasca gempa, sudah dilaporkan belum ada apa-apa,” jelasnya.

“Masyarakat menginginkan pemulihan ekonomi cepat berlangsung. Bekas bangunan akan ditempati untuk jualan. Sebab tidak ada tempat lain yang disarankan pemerintah. Rencananya begitu. Semoga bisa, yang membahayakan itu dilepas, di bawahnya ditempati. Bagaimana kami bisa menyambung hidup. Kita yang menjadi korban gempa,” tuturnya.

Menurutnya, ekonomi para pedagang tidak akan pulih jika tidak menjual. Langkah cepat sangat diharapkan. “Tidak mungkin juga pasar akan dibangun kembali secepat itu. Paling tidak carikan lokasi yang lebih bisa cepat untuk menjual. Kita jadi serba salah. Dari dalam membolehkan untuk melepas yang membahayakan. Sementara dari sini meminta untuk jangan disentuh dulu,” tutupnya.

Kepala Dinas Perdagangan Majene Busri Kamedi merasakan hal yang sama dialami oleh para pedagang. “Keinginan saya itu sudah lama untuk dirubuhkan. Hanya kita terkendala di bagian aset. Saya tidak tahu bagaimana lagi, saya merasa tidak dianu (baca: direspon). Saya juga kecewa dengan jawaban teman, karena ini keluhan lama. Saya sudah melapor, katanya sudah difoto. Sementara kemudian ada lagi yang bilang, jangan dulu dirubuhkan sebelum dilihat tim bencana,” katanya melalui sambungan telepon.

“Saya lapor ke bencana, katanya di PU karena teknis. Saya lapor ke PU, itu kerja tim teknis. Saya lagi kembali ke tim, katanya nanti selesai perumahan baru pasar. Saya bilang kapan selesainya kalau begitu. Sementara orang mendesak untuk dirubuhkan,” sambung dia.

Siapa yang akan bertangung jawab kata dia, bila ada yang jadi korban. Ia mengaku telah kerja keras, tapi begitulah gambarannya, sulitnya mendapat respon.

Ia menyarankan tembok yang di atas dilepaskan saja, tapi mesti difoto dulu baru dilepas. Bangunan tersebut terdaftar di aset daerah. Jangan sampai membahayakan pembeli dan penjual.

“Kalau dirubuhkan, saya sebenarnya gembira karena bisa menjadi perhatian Pemerintah Pusat untuk diperhatikan agar cepat diatasi. Kemarin sore waktu Musrembang saya sampaikan, karena kebetulan ada WA dari Malunda. Saya bilang ini jangan dulu dirubuhkan, puskemas bisa dirubuhkan karena jelas pendanaan. Ini persoalan jangan sampai perintahkan merubuhkan dikemudian hari saya disesali,” tuturnya.

“Saya ambil jalan tengah. Yang di atas yang dikhawatikan jatuh dilepas saja,” jelasnya, yang telah beberapa kali datang melihat lokasi pasar.