Panjat Pinang Warga di Tengah Pandemi Covid-19

Oleh: Sudirman Syarif

ANAK-ANAK tengah duduk berbaris berkelompok di sebuah lahan kosong yang dikelilingi sisa bonggol pohon kelapa. Tempat itu tak jauh dari perumahan warga di Kelurahan Banua, Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, Senin (17/8/2020).

Menjelang tengah hari itu, mereka masih mengamati hadiah yang tergantung di batang pohon pinang. Dalam bahasa daerah, kedengarannya mereka sedang mengatur strategi untuk sampai di puncak. Memanjat batang pinang yang dilumuri pelicin, mendapat hadiah, dibagi rata ke semua anggota tim, lalu pulang ke rumah masing-masing.

Foto : Sudirman Syarif

Perjuangan mereka tak semudah itu. Suara riuh warga sekitar kadang-kadang bergema seketika anak-anak usia 10 hingga belasan tahun itu jatuh melorot dari titik yang dicapai. Titian pundak anggota tim yang tak mampu bertahan, anak-anak itu meluncur begitu saja. Beberapa orang dewasa telah siap menggapainya di bawah sana.

Menaklukan batang pinang yang dihaluskan, kemudian dilumuri pelicin bukanlah perkara mudah. Menghabiskan banyak tenaga, anak-anak yang terbagi dalam kelompok itu akhirnya mencapai puncak setelah ibu-ibu yang datang menyaksikan panjat pinang Agustusan itu melipat payung, hampir dua tiga jam pinang itu diguyur hujan ringan.

Baginilah masyarakat sekitar memperingati HUT ke-75 RI di tengah serba keterbatasan akibat wabah Covid-19 yang belum mereda. Tak seperti biasanya, agustusan tahun ini memang sangat berbeda.

Atas nama kebersamaan, harapan untuk melewatkan momen kemerdekaan, masyarakat kemudian bahu membahu mengumpulkan uang dan hadiah. Sehingga tradisi peninggalan kolonial Belanda yang berisi puluhan hadiah, dengan tinggi yang berbeda, bisa berdiri dan siap untuk ditaklukan.

“Kami adakan atas inisiatif masyarakat Lingkungan Banua, hadiah yang diperoleh dari beberapa masyarakat Kecamatan Malunda.
Yang membagi sedikit rejekinya,” kata salah serorang warga, Kamaruddin.