Rimba Peradaban Sendana

Lontara’ gulung Bocco Tallu
Lontara’ gulung Bocco Tallu

Perjanjian Bocco Tallu ini banyak direkam dalam manuskrip tua di Mandar. baik perjanjian Bocco Tallu pertama maupun kedua. Perjanjian Bocco Tallu kedia ini dilaksanakan dua abad setelah terjadinya perjanjian Bocco Tallu pertama. Perjanjian Bocco Tallu kedua kembali dilaksanakan kira-kira pada abad ke XII M, dan masih dilaksanakan di tempat yang sama, yakni di Sibunoang sehingga perjanjian ini dikenal dengan perjanjian di Sibunoang.

Kerajaan yang terlibat dalam perjanjian kedua ini masih sama, yakni Alu, Sendana dan Taramanu’. Perbedaan dari perjanjian Bocco Tallu pertama dengan perjanjian Bocco Tallu kedua adanya beberapa penambahan poin perjanjian. Termasuk tokoh yang terlibat dalam proses perjanjian kedua adalah cucu-cucu mereka yakni Puatta I Sa’dawang, Puatta I Lepong dan Puatta di Galu-Galung.

Adapun perjanjian Bocco Tallu kedua poin perjanjiannya adalah sebagai berikut:

Nauamo Puangnga Isa’adawang, di Puangnga di Lepong, Puang di Galung-Galung: “Sitai mattallumbocco, mammesa puang mammesa tau, massambua lita, mammesa padisang, masambua tallo. Tassi pasau tassi palemai, tassi bore-boreang gau. Anna iya-iyannamo tau namappasisala pattallumboccoang, tammearai tammennannar, mabulu pindang tammabulu pendiwoeanna. Anna iya-iyannamo tau mangipi mauwa; iyamo dilalang die diwattangang tommuane napakkira-kira mappasisala paboccoang, sirumunni’i mattallumbocco anna mappadziang elo, anna disese’i dianusang diuwai tammembali. Malolimi tallo di atambusang tarruppu, tammammar, tammangapa. Mesa memmata dimangiwang dadua memmata disawa. Maui lambi naung Sumakuyu manguma pandudzung pandengngena lita di Alu, andiang ulwa-lawai. Anna mua diang umbore-borei tandi adza tandi rapang, Tania tuu lita di Alu nabore, lita tuu di Sendana. Tettoi tia Sendana, mau lambi tama Ratte Matama pandudzung pandengngena lita di Sendana manguma andiang ulawa-lawai. Anna mua diang umbore-borei tandi rapang tandi adza, Tania tuu lita di Sendana nabore, lita tuu di Alu. Apa sikira-kirai diapiangan, tassi kira-kira di adzaeang. Tassi polong tanjingngi, tassi raba tanatanani, tasipeleiang pura loa. Anna modzondong duambongi anna silambi pake barang-barangang, dai situndang mattundang, dai siroyong tallotang. Sipatuppu diadza, sipalete dirapang.” (Maka berkata Puatta Isa’adawang, pada Puang di Lepong, Puang di Galu-Galung: Kita bertemu tiga kerajaan yang bersekutu, untuk bersatu pemimpin, bersatu rakyat, bersatu negeri, bertikar selembar sebantal bersama, berbulat telur. Tidak saling kesana-kemari, tidak saling memperlihatkan tabiat tidak terpuji. Siapa saja yang ingin memisahkan persekutuan Bocco Tallu, mereka beranak tak berkepala, tak berkaki tak berkelamin. Dan siapa saja yang ingin memecah belah persekutuan, tak bertembuni tak berketurunan, berbulu piring tak berbulu keturunannya. Dan barang siapa yang bermimpi mengatakan: Inilah anak laki-laki yang saya kandung akan memecah belah Bocco Tallu sesudah lahir kelak, adakan musyawarah tiga kerajaan yang bersekutu untuk segera membedah perut orang hamil tersebut lalu keluarkan anak yang dikandungnya, kemudian hanyutkan di air yang tak kembali. Telur terguling kearah matahari terbit, tak pecah tak memar, taka apa-apa. Satu mengawasi ikan hiu, dua mengawasi ular. Biar sampai ke Sumakuyu masyarakat Alu berkebun, tidak ada yang menghalangi. Kalau ada yang melarang tidak sesuai hukum dan aturan serta adat kebiasaan maka bukan orang Alu yang dihalanginya tapi orang Sendana. Begitu juga Sendana, biar sampai ke Matama masyarakatnya berkebun, tidak ada yang bisa melarang atau menghalangi. Bila ada yang melarang atau menghalangi tidak sesuai hukum dan peraturan, maka bukanlah orang Sendana yang dihalangi melainkan orang Alu. Karena kita saling menuntun kekebaikan dan saling menghindarkan dari keburukan. Tidak saling keras mengerasi, tidak saling merusak tanaman, tidak saling ingkar dari kesepakatan. Besok lusa bila pernah kita berkongsi harta, jangan saling menagih dengan keras dan tajam. Mari kita saling menghormati hukum, saling mematuhi aturan).

Yang melatar belakangi diadakannya perjanjian Bocco Tallu kedua, hanya bersifat mempertegas dari perjanjian Bocco Tallu pertama. Penegasan persekutuan kerajaan Sendana, Alu dan Taramanu’ bertujuan agar wasiat leluhur mereka tidak terlupakan oleh segenap rakyat di tiga kerajaan dalam menjalankan hidup dan penghidupan mereka, terlebih lagi bagi para adat dan raja dari ketiga persekutuan agar kiranya wasiat dari para leluhur mereka dijadikan sebagai pegangan dalam melaksanakan roda kepemimpinan, guna terwujudnya kesejahteraan bersama dan keamanan bersama pula.

(BERSMBUNG)