[Obituari] Arifin Nurdin, Setelah Grup WA Pejuang Sulbar Hening…

Foto: Fb. Alm. Arifin Nurdin (Repro: mandarnesia.com)

Oleh Adi Arwan Alimin

Innalillahi wainna ilaihi rajiun…

LANGIT Sulawesi Barat diliputi mendung. Pribadi yang terlibat langsung dalam perjuangan pembentukan Provinsi Sulawesi Barat berpulang. H. Arifin Nurdin, SE. M.Si., Ak. Tercatat sebagai wakil bendara Komite Aksi Perjuangan Pembentukan (KAPP) Sulawesi Barat. Rahimahullah anak menantu H.M. Zikir Sewai salah satu founding father Sulbar.

Bila membaca respons di media sosial, atau dalam grup komunitas percakapan warga, seperti WAGs Pejuang Sulbar, siapa yang tahu bahwa mantan dosen ekonomi Unhas ini bakal begitu cepat pergi. Obrolan terakhirnya di WA Pejuang Sulbar menunjukkan sekitar jam 15.42 Wita. Setelah kalimatnya, Saya doakan salamaq semua lulluare… alur percakapan selesai. Itu hening hingga anggota mengirim kabar duka pukul 22.58.

Kabar dari Imadudin Zikir, ipar Arifin Nurdin menyebut Rabu malam usai pulang salat maghrib, mantan wakil ketua DPRD Sulbar periode 2005-2009, dan 2009-2014, lalu makan malam. Namun tiba-tiba rahimahullah harus dilarikan ke rumah sakit Mamuju pada sekitar jam 19.00 lewat.

Dok. Farhanuddin

Bagaimana Sosok ini Berperan dalam Perjuangan Pembentukan Provinsi Sulawesi Barat?

Arifin Nurdin merupakan wakil bendahara perjuangan di bawah koordinasi bendahara umum, H. M. Zikir Sewai. Posisi yang berkaitan dengan pendanaan perjuangan ini terbentuk setelah Kongres Rakyat Mandar di Majene tahun 2001.

Interaksinya dengan kalangan pejuang lainnya terekam baik dalam banyak pertemuan yang berlangsung di Makassar. Perannya sebagai bendahara tentu memberi ruang paling krusial, dan luar biasa, sebab siapa yang tak mengenal mertuanya H.M. Zikir Sewai. Di masa perjuangan itu Arifin Nurdin sebenarnya juga berstatus sebagai dosen FE Univeristas Hasanuddin.

“Kami sama-sama dosen di Unhas kala itu, dan perannya sebagai bendahara tentu memberinya peluang dan posisi yang luar biasa. Dari beliaulah saya secara langsung sering menerima bantuan bila akan ke Jakarta, bahkan selalu diantar ke bandara padahal kita tahu dia orang yang sibuk di Makassar. Di Jakarta pun bila dia tahu bahwa saya kehabisan ongkos, pak Arifin selalu mengirim uang. Besaranya biasanya satu juta rupiah,” kenang Syahrir Hamdani mantan anggota DPRD Sulbar yang juga eksponen utama perjuangan Sulbar.

Bagi Suaib Alimuddin, sebagai salah satu elemen muda perjuangan, sosok ini dikenalnya dengan baik saat memimpin Generasi Muda Mandar (GMM) Sulbar.

“Beliau pernah memimpin gerakan mahasiswa di Makassar untuk pembentukan Sulbar. Saya termasuk mahasiswa di Makassar yang kenal baik dengan beliau. Dalam masa perjuangan itu beliau tipikalnya tenang, dan ikut menjadi komandan setiap kali ada aksi demo di kantor DPRD dan Gubernur Sulsel,” tutur Suaib yang saat itu berhimpun sebagai anggota Laskar Ipasu Tau Taji Barani elemen muda yang dipunggawai Sekjen KAPP Sulbar, Drs. Naharuddin.

Suaib menggambarkan Arifin Nurdin sebagai sosok yang suka berdiskusi dan membersamai pemuda mahasiswa. “Cirinya itu memakai ikat kepala bertulis Sulbar, dan baju kaos berwarna hitam yang bergambar peta Sulbar. Di bawahya tertulis Generasi Muda Mandar Sulawesi Barat yang dipakai beliau setiap aksi. Saat aktif sebagai anggota DPRD Sulbar beliau juga selalu memberikan bantuan kegiatan kepada mahasiswa.”

Sekjen KAPP Sulbar, Drs. Naharuddin, M.Si. mengatakan, di masa perjuangan Sulbar sejumlah elemen pendukung memang dilahirkan. Terutama dukungan bagi mahasiwa dan pemuda yang ingin menunjukkan peran langsung mereka dalam setiap momentum dan fase perjuangan yang sangat memanas saat itu.
“Organisasi pemuda lainnya yang lahir selama masa perjuangan, antara lain FOMMBES, Forum Mahasiswa Mandar Bersama, Ikatan Mahasiswa Mandar Bersatu,” sebut Naharuddin mantan anggota DPRD Sulbar ini.

Dok. Farid Wadji

Komandan Taji Barani ini menyebut, tanggal 17 Januari 2001 Barisan Pemuda Pembela Sulbar (BPP Sulbar) dibentuk di Makassar. Dikukuhkan dan digelari Laskar IPASU TAU TAJI BARANI pada tanggal 21 Januari 2001 oleh Kongres Rakyat Mandar, di Majene. Pemberian gelar ini murni ide dari Prof. Darmawan Mas’ud Rahman yang kemudian disetujui oleh kongres.

Dosen Unsulbar Farhanuddin, M.Si. menggariskan satu hal penting mengenai perhatian Arifin Nurdin pada generasi muda Sulawesi Barat. Sebagai tokoh berlatar belakang akademisi, almarhum H. Arifin Nurdin saat jadi dosen di Akuntansi Unhas sangat proaktif dalam gerakan memperjuangkan berdirinya Sulbar.

“Beliau sejak awal juga ikut aktif terlibat menginisiasi perjuangan mendirikan sebuah perguruan tinggi negeri di jazirah Mandar. Kelak perguruan tinggi yang ikut dia perjuangkan itu adalah PTN Unsulbar. Kemudian saat mendapat amanah sebagai pimpinan DPRD Sulbar, perhatian almarhum dicurahkan pula untuk pembangunan kampus Unsulbar,” terang Farhan Komisioner KPU Sulbar 2018-2023 ini.

Sebuah foto yang dikirim Farhanuddin, memperlihatkan aktivitas almarhum yang berada di lokasi pembangunan kampus Unsulbar Majene pada tahun 2012. Dalam catatan Syahrir Hamdani, Arifin Nurdin merupakan bagian dari 20 orang pejuang Sulbar yang menggariskan tanda tangannya atas persetujuan serta urgensi berdirinya Unsulbar.

Saat menjabat sebagai wakil ketua DPRD Sulbar periode 2005-2009, Arifin Nurdin juga sangat aktif mendorong, dan mendukung berdirinya Taman Budaya Sulawesi Barat. Dia bahkan menjadi moderator atau penengah pertemuan yang meruncing antara Dewan kebudayaan Mandar (DKM) Sulbar, pegiat budaya, dan Dinas pendidikan dan Kebudayaan Sulbar kala itu.

Pihak Diknasbud ngotot taman budaya mesti ditempatkan di Mamuju, sementara elemen DKM Sulbar berharap diletakkan di wilayah Balanipa-Tinambung, area yang akan lebih dekat bila Unsulbar berdiri. Tikai ini usai setelah Gubenrur Anwar Adnan Saleh turun tangan. Dalam sebuah pertemuan besar atau sirumung karaya di gedung PKK Mamuju, seorang tetua atau tokoh hadat dari Sumarorong juga ikut menegaskan ide DKM. AAS sebagai gubernur pun setuju atas hasil pertemuan ini.

Arifin Nurdin juga merupakan salah satu diantara tiga generasi muda yang pertama kali bertemu AAS yang kala itu baru bergabung ke barisan perjuangan Sulbar. Dua pemuda lainnya, yakni Muhammad Hamzih, dan Fariruddin Wahid. Pertemuan yang difasilitasi Syahrir Hamdani ini berlangsung di sekitar Goro Makassar pada tanggal 28 Oktober 2002. Momentum ini mesti cukup singkat tapi memberi kesan sangat baik AAS yang pagi itu harus kembali ke Jakarta.

“Beliau adalah salah seorang tokoh pejuang pembentukan Provinsi Sulbar. Kepergian beliau secara tiba-tiba meninggalkan duka yang mendalam dari kalangan pejuang pembentukan Provinsi Sulbar,” sebut Naharuddin yang merupakan admin utama WAGs Pejuang Sulbar, di mana Arifin Nurdin dalam beberapa hari terakhir terus membincang sejumlah hal di Sulbar.

Kenangan Farid Wadji menyitir pengalaman seusai acara simposium perjuangan Sulbar di Makassar 2002. Pada malam harinya seluruh elemen pemuda pejuang Sulbar berjalan kaki dari Hotel Sahid ke pantai Losari. Jumlahnya kurang lebih 100 orang, mereka menikmati makan atau kudapan seperti pisang epe, siapa yang mentraktir orang sebanyak ini?

“Sama almarhum. Di kantong celana beliau terselip ATM BNI, dan di tangannya ada pula ATM yang diberikan langsung oleh H. M. Zikir. Saat kedatangan Pansus DPR RI untuk pemekaran Sulbar beliau termasuk orang yang sangat sibuk saya lihat,” kata Farid Wadji yang kini menjabat sebagai Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Sulbar.

Terakhir, Arifin Nurdin menyampaikan bantahan mengenai hal yang mencantumkan namanya dalam list randis Sulbar. Mantan Ketua Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK) Sulbar ini mengatakan, selama menjadi direksi BUMD, dan 2 periode pimpinan DPRD Sulbar dia tidak pernah menerima fasilitas mobil dum DPRD Sulbar. “Setelah masa jabatan berakhir saya kembalikan kendaraan tersebut.” Jawabnya, Jumat 18 April 2025, pekan lalu.

Penulis sebagai wartawan Radar yang diposting di DPRD Sulbar untuk desk politik, hampir setiap hari ngadem di ruang kerjanya yang terbuka bagi siapa saja. Dalam setiap pertemuan dengan Arifin Nurdin di Mamuju sejak beliau tidak lagi aktif di DPRD Sulbar, masalah-masalah yang tren di Sulawesi Barat selalu menjadi bagian penting dari obrolan kami. Apakah di pinggir jalan, bahkan sampai diantarai meja kas di tokonya.

Penulis terkenang ucapannya yang sering mengutip pesan Husni Djamaluddin bagi semua orang, “Da paala muaq tania anummu.”
“Saya doakan salamaq semua luluare.” Itu kalimat terakhirnya di Grup Pejuang Sulbar, Rabu kemarin jam 15.42 Wita. Setelah itu grup hening, lalu pecah sekitar pukul 22.58. Tokoh pejuang ini pergi buat selamanya.

Kematian itu amat dekat, dan selalu berada di sisi hidup kita. (*)

Mamuju, 24 April 2025