Keseriusan Pemerintah Belum Maksimal

Asri Desak Pemprov Fokus pada Wilayah Perbatasan -
Sumber : Google Maps

MAMUJU – Kisruh Pulau Balabalakang yang kian menghangat belakangan ini, tidak hanya menjadi konsumsi kalangan media saja, tapi membuat pemangku kepentingan dari berbagai pihak ikut memberikan bukti, serta argumen pendukung keadaan wilayah ini.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Kepala Desa Balabalakang Timur Bahtiar Salam menuturkan, terbentuknya Kecamatan Balabalakang tahun 2010, sejak dahulu sudah ada potensi masalah yang terlihat.

“Sangat berpotensi orang Balabalakang pindah ke sana (Kalimantan, red) karena kita masih lemah dari sisi kekuatan sosial,” kata Bahtiar di hadapan awak media, di gedung DPRD Mamuju, Rabu (22/3).

Lanjutnya, selain karena indikasi mereka mau ke sana, juga memang rata-rata orang mau naik haji melalui lewat Kaltim, kedua razia KTP selalu ketat sampai sekarang karena dahulu masyarakat sulit untuk akses ke Mamuju. Jadi untuk mengamankan dirinya sampai di Kalimantan mereka harus punya KTP Kaltim.

“Bahkan ada warga saya yang tiga orang anaknya dari Pulau Labia itu belum saya berikan, dikarenakan datanya di capil masih offline jadi belum bisa dipindahkan,” lanjutnya.

“Kita juga sebenarnya serba salah karena secara hukum kita melanggar tidak bisa memberikan hak-hak dimana mereka memilih mau tinggal, di sisi lain, ada indikasi Kalimantan mau mencaplok Balabalakang,” sambungnya.

Menurut Bahtiar, sepenuhnya tidak bisa dipersalahkan karena memang keseriusan dari pihak Pemerintah Kabupaten Mamuju belum maksimal dari segi pelayanan administrasi, makanya di desa secara proaktif memberikan pelayanan

“Terhadap pulau-pulau terluar harusnya diberikan pelayanan prima seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi, masyarakat maupun infrastruktur, karena hal ini akan memberikan dampak nyata kepada mereka, khususnya abrasi pantai tidak boleh kita sepelekan, kita bangun sesuai dengan kondisi sebab ada dua ancaman, pertama ancaman klaim oleh Kalimantan dan yang kedua ancaman dari alam itu sendiri, ini alam pelan tapi pasti karena semua pulau terkena abrasi pantai, yang paling parah itu Pulau Ambo dan Lombongan sudah banyak rumah, lebih 20 puluh kita evakuasi dan kurang lebih 3 rumah di Pulau Ambo hancur karena tidak bisa diangkat,” jelas Bahtiar.

#AyubKalapadang