_Reportase Haji 2024 M |1445 H_
Oleh : Usman Suhuriah
TPHD Sulbar melaporkan dari Jeddah
Jamaah haji Kloter 24 asal Sulawesi Barat berjumlah 441 jamaah. Kloter gabungan asal Kabupaten Polewali Mandar, Kabupaten Pasangkayu, tiba dengan selamat di kota Jeddah Arab Saudi tanggal 28/5/2024 |21 Zulqaidah 1445 H, tepatnya pukul 19.16 waktu setempat.
Maskapai Garuda yang mengangkut jamaah, pada papan penampil pesawat (estimeted arrival time) akan tiba pukul 19.05, namun lebih lambat ke pukul 19.16. Terjadi pengurangan laju pesawat sekitar kurang lebih 11 menit.
Keberangkatan jamaah baik dari Pasangkayu maupun dari Polewali Mandar sejak masuk embarkasi Makassar sehari sebelumnya (27/5/2024), berdasarkan catatan Petugas Haji Daerah (PHD) dilaporkan berlangsung baik. Hampir semuanya berjalan seperti rencana.
“Alhamdulillah. Untuk layanan umum, bantuan kesehatan dan bimbingan pembimbing haji, berjalan sesuai yang direncanakan.”
Jamaah Kloter 24 berdasarkan data PHD, seluruhnya berjumlah 441 jamaah. Jumlah ini dibagi dalam dua Flight (penerbangan). Flight I berjumlah 245 jamaah, Flight II sebanyak 205 Jamaah.
Penerbangan dari Makassar menuju Jeddah mungkin bagi sebagian jamaah ada yang agak letih. Maklum ini penerbangan panjang, tidak kurang dari 11 jam waktu tempuh Makassar Jeddah. Tetapi sebagian yang lain mungkin tidak sama sekali merasa letih.
Menyaksikan raut muka jamaah, saat kami lakukan inspeksi keadaan penumpang, tampak semua bahagia. Senang melewati perjalanan menaiki pesawat, dijamu para pramugari ramah-ramah. Mungkin saja karena tidak semua terbiasa menaiki pesawat, juga karena tidak selalu melihat kerahmah-tamahan (pelayanan). Dan naik pesawat ternyata enak. Atau karena mendapat pelayanan yang ramah.
Jelang memasuki wilayah Arab Saudi, banyak informasi dari balik kamar kru pesawat mengenai keadaan pesawat, kondisi cuaca di luar pesawat dan sebagainya. Namun yang tak terbayangkan dan sungguh-sungguh tak terbayang, saat dari kejauhan lampu-lampu kota Jeddah mulai terlihat. Selaksa bola-bola bercahaya yang sengaja dipancarkan dari langit malam yang indah. Bola bola lampu suargakah. Bukan.
Tetapi ini memang para jamaah segera akan mendarat di Kota Jeddah. Kota nan indah.
Inilah Jeddah, yang dalam berbagai literatur disebutnya dengan beberapa nama atau julukan. Jeddah antara lain disebutnya sebagai “Pintu gerbang dua Tanah Haram”. Dua tanah haram ini tak lain adalah Kota Suci Makkatul Mukarramah dan Madinatul Munawwarah.
Kota Jeddah di antara keberadaan kota di Saudi Arabia, seperti Makkah, Madinah, Ryad, Thaif dst, maka khusus kota Jeddah memang telah sejak lama ditulis dalam pencatatan sejarah kota-kota di timur tengah. Karena itu Kota Jeddah selain yang disebut sebagai pintu gerbang dua tanah haram, kota ini juga memiliki julukan lain. Yakni, Jeddah “sang pengantin putri laut merah”.
Jeddah adalah kota bisnis atau “kota di tengah pasar”. Mungkin disebut begitu, berhubung letak kota ini berada di pinggir pesisir laut merah, hingga menjadikannya sebagai pusat perekonomian penting Arab Saudi. Jadi ingat, keberadaan kota selalu lebih banyak bertumbuh lebih ramai dengan ekonominya, karena berada di pesisir.
Perihal Kota Jeddah oleh para sejarawan percaya bahwa wilayahnya zaman lampau dihuni para nelayan di laut merah yang menjadikan wilayah ini sebagai titik keberangkatan dan tempat istrihat. Namun Suku Qadla’alah datang dengan jumlah mayoritas yang mendiami Jeddah sejak 115 SM.
Untuk penamaan kota ini, masih menurut sejarahnya, menganggap nama Jeddah diambil dari bahasa Arab, yang berarti “leluhur ” atau “nenek”. Kisah ini merujuk pada sejarah Siti Hawa, istri nabi Adam AS. yang ternyata dimakamkan di wilayah ini. Meski makam ini menurut informasinya telah dibongkar oleh pemerintah Arab Saudi pada tahun 1928.
Inilah Jeddah. Tempat pertama yang didatangi para jamaah haji khususnya jamaah yang masuk gelombang kedua. Di mana para jamaah segera memasuki kota Mekkah, mengambil ibadah wajib umrah.
Suatu tempat yang tidak saja memiliki sejarah sebagaimana sejarah kota dunia yang ramai namun bersahaja. Tetapi juga merupakan tempat pertama untuk memulai peribadatan ibadah haji. Mengambil titik (miqat) memasuki perbatasan tanah haramain Makkatul mukaramah.
Dari sini jamaah semakin banyak mendengar dan sekaligus melafaskan kalimah talbyah. “Kami datang ya Rabb memenuhi panggilanMu”. (***)