Reporter : Busriadi Bustamin
MAMUJU,mandarnesia.com-Lalu Tuhiryadi salah seorang guru dari Sulawesi Barat kurang sependapat jika Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengganti Ujian Nasional (UN).
Menurut Lalu, jika ingin pendidikan berkualitas sebaiknya proses yang harus ditingkatkan. Karena setelah ujian nasional tidak menjadi penentu kelulusan dan hanya menjadi pemetaan, maka teror UN sadah tidak horor lagi bagi siswa. Dan siswa pada umumnya bersantai ria ketika menghadapi UN.
“Malah lebih sibuk juga main game ketimbang belajar. Karena mereka pikir mereka akan lulus dengan nilai berapapun,” kata Lalu, Jumat (20/12/2019).
Padahal, problemnya kata Lalu, jika nilai rendah mereka tidak bisa ikut penerimaan mahasiswa jalur undangan, bidik misi, dan lain sebagainya.
“Akhirnya harus bersaing dengan ribuan calon mahasiswa untuk masuk lewat jalur SMPTN, yang tingkat kesulitan soalnya lebih tinggi dari UN. Saya malah melihat problemnya bukan pada UN. Sebab, yang di UN-kan, hanya beberapa mapel saja. Oleh karena itu, masalahnya justru pada sistem pendidikan kita yang mengharuskan siswa menghadapi atau mempelajari banyak mapel,” ujar Lalu.
Dimana, SD enam tahun, SMP tiga tahun, SMA tiga tahun, harus menghabiskan waktu mereka untuk mempelajari hampir semua mapel secara umum dan tak ada yang spesifik. Bahkan di SMK yang sudah bersifat kejuruan saja siswa masih dijejali oleh berbagai mapel umum.
“Dampaknya adalah, banyak anak yang tidak menguasai mapel secara spesifik. Bahkan banyak siswa yang calistung saja masih nihil, apa lagi nalarnya,” tuturnya.
Sehingga, lanjut Lalu, ada tidaknya UN tidak bakalan mempengaruhi hasil belajar siswa. Jika siswanya yang sudah bertahun-tahun dibangku sekolah calistungnya kacau, nalarnya rendah, semangat belajarnya rendah tetap saja kualitas lulusan akan rendah.
“Saya lebih sepakat UN dihapuskan karena pertimbangan anggaran. Dan anggarannya dialihkan untuk menutupi kekurangan guru dan menggaji guru, atau mungkin dialihkan ke kelengakapan sarana dan prasarana pendidikan,” pungkasnya.
Berbeda dikatakan Chuduriah Sahabuddin Praktisi Pendidikan. Ia mendukung segala bentuk kebijakan terkait pendidikan. Pro dan kontra, kata Chuduriah, pastinya ada.
“Namun marilah kita sama-sama berpositif thinking demi kemajuan bangsa dan negara,” pinta Ketua Hiski Sulbar ini, Sabtu (21/12/2019).
Menurutnya, kurikulum yang direncanakan oleh Kemendikbud beserta penggantian UN 2021 tentunya sudah melalui kajian yang matang dengan pertimbangan kondisi masyarakat yang sudah berbasis digital.
“Harapannya sesuai dengan kebutuhan pendidikan yang efektif dan efisien,” pungkas Chuduriah Sahabuddin yang juga Rektor Unasman.
Foto : Chuduriah Sahabuddin