Linor 6,2 Magnitudo

Sulawesi Barat itu sangat strategis. Letaknya persis di tengah Republik Indonesia, carilah peta lalu lipatlah sedemikian presisi niscaya titik utama bentangan rupa bumi itu akan menunjukkan bekas Afdeling Mandar ini jantung Indonesia.

Posisinya yang amat strategis dari sisi geografi itu menarik minat mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla. Tokoh bangsa itu menyebut Mamuju sebagai kawasan alternatif untuk menjadi calon Ibu Kota Negara (IKN) di masa depan. Sayangnya sepanjang gagasan itu mengemuka gegar lempeng bebatuan yang menopang Pulau Sulawesi seolah memberi sambutan. Beberapa tahun terakhir usai gempa dan tsunami meluluhlantakkan Palu Sulawesi Tengah, sebagian besar permukaan bumi Sulawesi Barat pun terus didera gempa bumi. Wajarlah bila daratan Kalimantan yang kemudian terpilih sebagai IKN.

Kita tidak pernah tahu apakah ini semua bersesuaian dalam pendekatan logika dan isyarat alam yang tak disentuh pengetahuan terbatas manusia. Yang jelas sebuah persiapan calon IKN mesti aman dari segala macam potensi bencana yang dapat meremukkan simbol pemerintahan. Tapi Sulawesi Barat masih akan menyauk manfaat IKN, daerah ini akan tetap menjadi Serambi Indonesia di masa datang.

Paragraf di atas sebuah abstraksi untuk membayang­kan bagaimana kekuatiran banyak pihak mengenai kawasan cincin api, jalur gempa bumi: di mana Sulawesi Barat menumpang sejak lama di atasnya. Peristiwa gempa magnitudo menggemparkan pada 14 dan 15 Januari 2021 merupakan cobaan amat luar biasa. Lanskap Mamuju dan sebagian Majene meruyak sebagai bongkahan bencana mencengangkan. Gempa 6,2 magnitudo itu serasa me­lumaskan ingatan panjang mengenai linor atau lindu yang sama puluhan tahun berselang di Mandar.

Puluhan catatan di buku ini disumbangkan banyak warga, baik mereka yang menyintas dalam gempa bumi 6,2 magnitudo, relawan atau akademisi. Kumpulan tulisan yang memperkaya informasi, pengetahuan dan hal lain yang tidak mengemuka di media selama ini. Apa yang dipaparkan dari berbagai sudut pandang penulis membuka tirai apa yang mesti dilakukan semua orang, khususnya badan yang berperan menanggulangi bencana alam di daerah. Kesiapsiagaan warga di Sulawesi Barat saat ini selepas amuk gempa yang masih bersisa sampai hari ini sejatinya telah dirumuskan secara apik dalam upaya mitigasi, dan itu bagian dari penentu kebijakan yang memiliki kewenangan dan anggaran.

Dalam kearifan warga di Sulawesi Barat, bencana ini telah berjalan seiring bekal pengetahuan lokal secara luas. Mereka lahir, tumbuh, dan mencari penghidupan di atas lempang daratan yang rupanya rangkaian lempeng bumi yang sewaktu-waktu meluapkan tumbukan tanah sebagai proses alamiah, namun bagi penduduk di atasnya itu sungguh bencana alam menakutkan. Di jazirah Mandar, gempa bumi dikenal sebagai ninor atau linor, suku kata yang tentu saja lahir sebab moyangnya telah melewati sejak dulu. Kata linor pasti tidak diucapkan begitu saja atau seketika saat gempa terjadi melainkan telah berproses seperti istilah lainnya yang mewakili akar peradaban manusia.