Kerajaan Passokkorang, Fakta Baru Protosejarah Mandar

MANDARNESIA.COM, — Diskusi sejarah melalui kanal Youtube DengAdi Podcast yang dipandu Adi Arwan Alimin sebagai host menghadirkan perspektif menarik mengenai protosejarah Mandar. Khususnya keberadaan Kerajaan Passokkorang yang diduga kuat merupakan kerajaan maritim yang berjaya sezaman dengan Sriwijaya.

Narasumber dalam podcast tersebu Muhammad Ilyas Yakub, memaparkan berbagai temuan dan analisis yang menantang narasi sejarah yang selama ini beredar di masyarakat.

Diskusi yang bertujuan untuk menjawab rasa ingin tahu generasi muda mengenai asal-usul mereka ini. Menyoroti pentingnya gunung Ganda Dewata di pegunungan Quarles sebagai sumber peradaban yang menghubungkan Sulawesi Selatan dan Barat saat ini. Aliran sungai-sungai besar seperti Sungai Sadang dan Sungai Karama dari pegunungan tersebut diyakini menjadi jalur peradaban awal.

Ilyas Yakub mengungkap keterkaitan erat antara Luwu dan Mandar di masa lampau, dengan penemuan “Besi Luwu” di wilayah Mandar menjadi salah satu indikatornya. Pusat peradaban tinggi pada masa itu diduga berada di Makki, yang dikenal sebagai tempat pembuatan besi dengan bahan baku dari Kalumpang.

Sebuah titik balik dalam sejarah wilayah ini adalah terjadinya perpecahan yang menyebabkan sebagian masyarakat menuju pegunungan (cikal bakal Toraja), dan sebagian lainnya menuju pesisir (wilayah Pitu Baqbana Binanga Mandar saat ini). Kerajaan tertua dengan peradaban tinggi diyakini berpusat di Makki sebelum kemudian bergeser ke Passokkorang seiring dengan perkembangan perdagangan.

Muhammad Ilyas Yakub juga menyoroti peran penting perdagangan dalam perkembangan peradaban Mandar. Selain besi, hasil pertanian juga menjadi komoditas penting. Sungai-sungai menjadi jalur modernisasi dan interaksi dengan dunia luar. Bukti perdagangan yang luas terlihat dari penemuan artefak-artefak dari India di kawasan Kalumpang.

Sorotan utama dalam podcast ini adalah mengenai Kerajaan Passokkorang. Berdasarkan analisis narasumber, Passokkorang diyakini sebagai penerus peradaban dari Luwu dan Kalumpang. Dengan letaknya yang lebih dekat ke pantai, Passokkorang berkembang menjadi kerajaan maritim yang kuat, diduga sezaman dengan Sriwijaya pada masanya. Pelabuhan di Passokkorang (di Galeto) menjadi bukti adanya hubungan internasional, termasuk dengan pedagang Cina yang juga meninggalkan jejak di Gunung Laiya.

Podcast ini juga menyinggung potensi konflik antara Passokkorang dan Balanipa, yang diduga berkaitan dengan aspek ekonomi. Bahkan, muncul spekulasi mengenai aliansi politik antara Gowa dengan Majapahit di era itu.

Penemuan berbagai artefak, termasuk keramik Cina era Ming yang banyak ditemukan di Baras, semakin menguatkan dugaan bahwa wilayah Mandar, khususnya Baras, merupakan pusat ekonomi dan peradaban yang penting di masa lalu. Temuan Balai Arkeologi Sulawesi Selatan (BRIN) di Saleko Buyung

Napo, menunjukkan bahwa wilayah ini telah berkembang jauh sebelum kedatangan tokoh legendaris Todilaling yang menjadi Arajang Pertama Balanipa. Artefak dari Dinasti Yuan juga ditemukan di Mandar, menambah bukti interaksi dengan peradaban Tiongkok.

Narasumber juga membahas mengenai Balanipa, yang dianggap lebih rasional dan akademis, yang pada akhirnya “mengalahkan” Passokkorang secara damai. Kisah Todilaling pun mendapat sorotan, di mana ia digambarkan telah mempelajari situasi di Lohe, dan Pasokorang sebelum mengambil alih kepemimpinan.

Podcast ini ditutup dengan penekanan bahwa sejarah Mandar perlu terus diteliti dan direkonstruksi. “Perspektif baru yang dihadirkan ini diharap dapat memicu diskusi lebih lanjut dan menumbuhkan kebanggaan masyarakat Mandar terhadap warisan sejarah mereka yang gemilang. Penemuan-penemuan artefak yang melimpah di wilayah Mandar menjadi panggilan untuk penelitian yang lebih mendalam agar fakta-fakta sejarah yang terpendam dapat terungkap sepenuhnya,” tutup Ilyas Yacub. (wm/*)