Fadel: Pemerintah Daerah Harus ‘Didaur Ulang’

Laporan: Wahyudi Muslimin

WONOMULYO, mandarnesia.com — Wakil Ketua MPR RI Prof. Fadel Muhammad di jazirah Mandar tidak hanya datang berbicara tentang empat pilar tapi dia juga banyak membagi pengalamannya sebagai gubernur dua periode di Gorontalo.

Dia membagi pengalamannya dalam upaya dalam merintis penanaman jagung di Provinsi Gorontalo sehingga provinsi itu mendapat gelar sebagai penghasil jagung di negeri ini. Menurutnya Pertanian dan perikanan yang harus terus didorong.

Fadel Muhammad menilai bahwa Polewali Mandar adalah daerah pertanian maka pertanian harus jadi tulang punggung daerah.

“Saat menjadi Gubernur Gorotalo dua periode, saya dibantu sangat banyak dari orang Jawa di Gorontalo, saya berikan pupuk dan lahannya mereka saya aliri, jika airnya kurang saya carikan pompa tanpa tenaga listrik,” jelasnya.\

Saat menjadi Gubernur Gorotalo dia banyak membantu petani dengan permodalan. Saat pihak bank meminta modal ke petani dan mereka tidak memiliki jaminan, Fadel sigap mengambil dari APBD untuk dijadikan sebagai jaminan di bank.

“Untuk membantu petani saya ambil dari APBD, saya jadikan jaminan di bank untuk membantu modal petani yang tidak punya modal. Yang harus dicarikan solusi sebelum meminta petani menanam sebuah produk pertanian adalah pasarnya dulu dicarikan, seperti jagung di Gorontalo itu mau dijual ke mana,” ungkapnya.

Pemerintah juga harus berani menetapkan harga produk pertanian, sehingga rakyat dapat berpendapatan.
“Jika rakyat menderita maka bupatinya gagal, atau gubernurnya gagal. Harga produk pertanian itu tanggung jawab pimpinan daerah,” sebutnya.

Ia juga mengingatkan bahwa harus diketahui produk yang ditanam rakyat itu mau ditanam di mana, dijual ke mana dan berapa hektar lahannya dan panen kita jual ke mana?

Menurutnya urusan pertanian harus jadi tanggung jawab pemerintah daerah, mulai gubernur sampai lurah. Salah satu terobosan yang dilakukannya sewaktu menjadi Gubernur Gorontalo dua periode dengan memberikan tunjangan kinerja kepada camat dan lurah yang lahan pertaniannya mengalami peningkatan.

“Saat itu saya siapkan tukin sebanyak Rp8 miliar bagi camat dan lurah bila ada kecamatan yang lahan pertanian naik produksinya. Kita berikan insentif, tukinnya lebih tinggi dari pada gaji mereka, tiap tiga bulan saya kumpul mereka. Sehingga mereka berlomba-lomba menaikkan produksi pertanian mereka, dan orang miskin pun bisa berkurang. Ini saya tulis dalam buku Reinventing Local Government, Pengalaman dari Daerah,” jelasnya kepada forum Kamis pagi lalu.

Wakil Ketua MPR-Ri itu juga menyampaikan bahwa kita harus mendaur ulang pemerintah daerah.

“Pemerintan daerah itu selalu berfikir menghabiskan anggaran, yang benar mereka harus mampu menaikkan produksi rakyat,” ungkap peraih gelar doktor cumlaud di Universitas Gadjah Mada itu.

Ada satu pesan yang sangat religius disampaikan putra pendiri perguruan Al-Khairat Palu itu, bahwa setiap akan menanam jangan lupa bershalawat kepada Nabiullah Muhammad SAW.

“Saya selalu mengingatkan untuk setiap kali memulai menanam, ucapkan shalawat, lalu setiap panen mereka pun bershalawat,” pesannya.