Orasi Kebudayaan: Membaca Sejarah untuk Masa Depan Majene

Dr. Abd. Rahman Hamid, Dosen Sejarah pada Program Studi Sejarah Peradaban Islam, Fakultas Adab, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung (Foto: facebook Abd. Rahman Hamid)

Setelah dibentuk Pasukan Gabungan ALRI-PS dan kelaskaran, pada akhir bulan April, 12 orang dipimpin Hasan Rala kembali ke Jawa melaporkan situasi perjuangan di Sulawesi Selatan dan meminta bantuan tenaga dan persenjataan. Mereka berangkat dari pantai Labuange Kampung Bodjo (Barru) dengan sebuah Sandeq (kapasitas 1 ½ ton). Dalam perjalanan, mereka mengganti perahu Sandeq dengan Patorani menuju Kalukalukuang sampai akhirnya tiba di Situbondo. Rombongan melanjutkan perjalanan dengan kereta menuju Lawang. Pada 30 Mei, Hasan Rala menghadap Letnan Kolonel J.H. Tambotto melaporkan hasil ekspedisi mereka.

Sementara itu, nasib perahu Kapten Baru tidak terurus di pantai Labukang Parepare, setelah semua awaknya ditahan oleh Belanda di penjara Barru, lalu dipindahkan ke Nusakambangan. Tiga bulan kemudian, Haji Siti Hawa meminta izin kepada Belanda memperbaiki perahunya. Setelah diperbaiki, ia membawanya kembali ke Kalukalukuang.

Tujuh belas tahun kemudian, perahu itu diserahkan kembali oleh Hati Siti Hawang kepada salah satu bekas anggota ekspedisi, yakni Andi Ahmad Rifai, yang saat itu menjabat Gubernur Sulawesi Selatan. Pada 14 Juni 1964 namanya diubah menjadi Kapten Pahlawan Laut. Dan, ketika satu anggota ekspedisi lain, Achmad Lamo, menjabat Gubernur Sulawesi Selatan, perahu tersebut diserahkan kepada TNI AL untuk disimpan pada museum Loka Jala Crana Surabaya sampai sekarang.

Kapten Pahlawan Laut merupakan satu-satunya perahu pribumi yang selamat dari revolusi. Miniaturnya dipasang di ujung jembatan Sungai Pangkajene di Kabupaten Pangkep (sebelah kiri kalau dari Makassar). Sudahkah narasi yang membanggakan ini diketahui dan diajarkan kepada generasi muda Mandar?

Bapak/Ibu hadiran yang berbahagia

Sebelum mengakhiri orasi ini, saya ingin mengajukan empat rekomendasi:

  1. Perubahan nama Kabupaten Majene menjadi Kotamadya Mandar atau Kota Mandar dengan ibukota Majene. Perubahan ini tidak sekadar ganti nama, tetapi harus diperkuat dengan literasi sejarah. Pada konteks ini, dibutuhkan bahan bacaan bermutu dari hasil kajian ilmiah tentang Majene yang mudah diakses oleh warganya terutama pelajar dan mahasiswa.
  2. Sejarah Majene menunjukkan pengaruh kuat budaya bahari. Namun, tidak semua anak-anak Majene kelak menjadi pelaut. Karena itu, nilai-nilai bahari perlu ditranformasikan lewat pendidikan untuk menciptakan generasi Majene berkarakter bahari, seperti ungkapan berikut: “Tania tau passobal, Moaq mappelinoi, Lembong ditia, Mepadzottong lawuang” (bukanlah seorang pelaut, jika menanti redanya ombak, karena justeru ombaklah, mengantar kita mencapai tujuan). Ombak punya satu tujuan yang pasti dalam geraknya, yakni ke pantai. Ombak juga melukiskan dinamika kehidupan yang mengantarkan seseorang mencapai tujuan. Itu berarti bahwa generasi Majene yang berkarakter bahari tidak mudah menyerah saat menghadapi dinamika kehidupan, karena dinamika itu akan mengantarnya mencapai tujuan.
  1. Majene mempunyai banyak obyek peninggalan sejarah yang penting dan menarik dikunjungi oleh publik. Kalau potensi ini dapat dikelola dengan baik dan profesional, maka Majene bisa berkembang menjadi kota wisata sejarah atau wisata kota tua. Untuk mewujudkan itu, perlu informasi bermutu mengenai obyek sejarah Majene yang mudah diakses oleh
  2. Sejarah Majene telah melahirkan sejumlah tokoh yang tercerahkan, seperti Ammana I Wewang, Muhammad Amier, Sitti Maemunah, Muh. Djud Pantje, dan lainnya. Tokoh-tokoh ini perlu diapresiasi di tingkat lokal sebagai Pahlawan Daerah atau pada tingkat nasional sebagai Pahlawan

Keberadaan pahlawan sangat penting untuk membuktikan bahwa daerah ini punya kontribusi bagi perjuangan bangsa Indonesia menjadi negara merdeka dan berdaulat. Bagaimana mungkin kita bangga bahwa Majene merupakan pusat perjuangan kalau sampai sekarang belum punya Pahlawan Nasional?

Demikian orasi ini saya sampaikan, bila ada kata-kata yang kurang berkenaan di hati Bapak/Ibu, saya mohon maaf. Atas segala perhatiannya, saya ucapkan banyak terima kasih. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 Majene, 15 Agustus 2023

 

Biodata Penulis

Nama lengkap                 :    Dr. ABD. RAHMAN HAMID

NIP/NIDN                        :    198210082020121002/8814223419

Tempat/Tanggal Lahir   :    Temi/08 Oktober 1982

Email pribadi                  :     abdul_pasca@yahoo.com

Email institusi                  :    rahmanhamid@radenintan.ac.id

Pekerjaan                          :    Dosen Sejarah pada Program Studi Sejarah Peradaban Islam, Fakultas Adab, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung