Banjir Sebagai Dampak Pengembangan Kota yang Sulit Dihindari

Reporter: Sudirman Syarif

MAMUJU, mamdarnesia.com — Tingginya curah hujan belakangan ini yang terjadi di Wilayah Kabupaten Mamuju membuat potensi terjadinya banjir di wilayah ibu kota Sulawesi Barat.

Beberapa titik yang menjadi langganan banjir seperti di perempatan Jalan Husni Tamrin, area BTN Ampi, Kompleks Pemda, sekitar Pertamina Simbuang maupun di Jalan Urip Sumoharjo depan Kantor Cabang BRI.

Kondisi tersebut cukup memprihatinkan mengingat curah hujan yang tinggi masih terus terjadi. Banjir dan genangan air masih sangat mungkin terjadi. Namun demikian disisi lain berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah daerah maupun instansi vertikal yang berkenaan dengan kondisi tersebut.

Kadis PUPR Mamuju Salihi Saleh mengatakan, kondisi tersebut dilema yang perlu mendapat perhatian bersama, pasalnya genangan air hingga banjir ini terjadi dinilai salah satunya akibat adanya dampak pengembangan kota yang tidak bisa dihindari.

Pembangunan sarana fisik seperti perumahan dan lainnya senantiasa menggunakan material yang dikeruk dari pegunungan di sekitar wilayah Kota Mamuju, menyebabkan daerah resapan air semakin berkurang, di sisi lain sebagai ibu kota provinsi yang terus mengalami perkembangan tidak dapat menghadiri konsekwensi atas dampak pembangunan tersebut.

Namun demikian Pemerintah daerah melalui Dinas PUPR telah melakukan sejumlah langkah penanganan. Disebutkan Salihi penanganan jangka pendek dengan melakukan pengerukan sedimen dan sampah di sejumlah titik yang paling rawan banjir oleh Satgas PU yang khusus menangani hal tersebut.

“Sementara untuk jangka panjang terus memprogramkan pembangunan dan rehabilitasi kanal untuk pengembangan saluran air yang terkoneksi hingga ke sungai dan laut. Namun itu membutuhkan jumlah anggaran yang tidak sedikit bahkan bisa mencapai Rp20 miliar, kondisi itu terkendala jumlah anggaran APBD yang terbatas,” katanya, Jumat (26/6/2020).

Penanganannya dilakukan dengan menentukan prioritas titik terlebih dahulu, ia memastikan untuk tahun ini PUPR baru dapat menyiapkan anggaran pemeliharaan dan rehab drainase sekitar Rp2 miliar yang tentu nilai tersebut masih cukup terbatas. Ia berharap konsep penanganan saluran air dari hulu ke hilir ini juga dapat dilakukan dengan sinergi atara pemerintah kabupaten, instansi vertikal terlebih pemerintah provinsi.

Ia mengaku sedikit bernafas lega, pasalnya upaya Pemkab Mamuju menangani persoalan yang telah berlarut dari tahun ketahun ini disadari atau tidak telah mulai membuahkan hasil. Fktanya kata dia dari tiap kondisi banjir ataupun genangan air yang terjadi akibat curah hujan tinggi tersebut telah dapat langsung surut kembali hanya dalam beberapa jam saja yang mengindikasi saluran air telah mulai berfungsi baik.

“Meskipun di beberapa titik tetap harus mendapat perhatian, saya mengapresiasi kinerja Balai Jalan dan Jembatan yang telah melakukan berbagai langkah sebelumnya. Seperti memperbaiki saluran air dan plat deker di depan kantor DLHK yang terbukti ampuh mengurai genangan air,” jelasnya.

Rencananya hal serupa juga akan kembali di lakukan oleh Dinas PU untuk segera menangani banjir di Jalan Husni Tamrin Mamuju, sebagai salah satu titik yang cukup parah bila terjadi banjir.

Harapan kesadaran semua elemen masyarakat untuk bersama-sama memperhatikan kebersihan lingkungan. Salah satu penyebab banjir adalah banyaknya sampah yang terbawa arus dan tidak tersalurkan di beberapa drainase dalam kota Mamuju. (Abvertorial)

Foto: Tangkap layar video.