- Prof. Dr. dr Amir Abdullah
- Prof. Dr. Darmawan Masud Rahman
- Makmun Hasanuddin, Garmak Motor
- Rahmat Hasnuddin
- Asnawi Parampasi
- Gaus Bastari
- Ir. Azis dg Situju
- Anhar Sampetoding
Gagasan dan ide yang saling bersahutan dari para pembicara seperti Husni Djamaliddin, Andi Mappatunru, Prof Makmun Hasanuddin, Dr. Rahmat Hasanuddin, H. Borahima, awalnya adalah memikirkan daerah agar terdapat akselerasi pembangunan agar dapat setara dengan caerah lainnya di Sulawesi Selatan. Namun pada akhirnya menjurus pada cerita masa lampau bahwa daerah ini hanya bisa berkembang dengan baik melakukan pemerataan pembangunan jika dapat menjadi sebuah provinsi sendiri, seperti yang telah gagas oleh Husein Puang Limboro salah seorang putera bangsawan di Kerajaan Balanipa Mandar yang pernah menjadi Pejabat Ketua Parlamen Negara Indonesia Timur Tahun 1949. Di awal Tahun 1950 an beliau pernah menulis surat kepada H. Abd. Malik Pattana Endeng adik kandung Andi Depu, memengajaknya memikirkan upaya-upaya membangun kekuatan bersama merintis berdirinya satu provinsi tersendiri. Dalam surat itu menyebut Provinsi Mandar, sampai pada zaman Andi Depu pernah mendeklarasikan provinsi Mandar di Gedung Merah, Makassar.
Ternyata surat Husein Puang Limboro kepada Abdul Malik yang tertulis tangan itu menjadi sakral dan fenomenal. Karena mampu menginspirasi generasi berikutnya terus berusaha dan tidak pernah berhenti mewujudkan cita-cita, menghadirkan sebuah provinsi baru di Sulawesi, yang wilayahnya dari Paku sampai ke Suremana.
Dari itu terbentuklah Forum Sipamandar atau Forum Komunikasi Partisipasi Masyarakat Mandar). Akronim Sipamdar ini disampaikan langsung oleh Husni Djamaluddin, forum ini dibentuk oleh gabungan organisasi mahasiswa dan himpunan keluarga, Polmas, Majene dan Mamuju. Saat itu berlangsung di kediaman Anhar Sampetoding di Ujung Pandang Baru, pak Makmun Hasanuddin mengedarkan list sumbangan untuk membiayai pendirian atau mengaktanotariskan Forum Sipamandar. Saat itu, saya bertanya pada pak Makmun, apakah mahasiswa menyumbang juga? Dengan tegas dikatakan, jangan lihat jumlahnya, tapi lihat nilai perjuangannya. Di dalam dompet saya terdapat uang Rp3000, saya menyumbang setengahnya Rp. 1500. Di dalam ruangan itu juga hadir Drs. Jamil Barambangi serta Dr. Maringun, Mulyadi Prayitno, Sapir, Borahima dan lainnya.
Forum Sipamandar pada tanggal 25 Maret 1994, ketua presidiumnya Husni Djamaluddin, sementara ketua hariannya adalah Makmun Hasanuddin, dan H. Borahima ditunjuk sebagai Sekjen. Sementara tokoh lainnya menjadikan forum ini rumah perjuangaan, dari sanalah gagasan-gagasan strategis , pendirian organisasi yang mendukung perjuangan mulai terbentuk seperti KAPP Sulbar, (Komite Aksi Perjuanagan Pembentukan Sulbar).
Sebagai Sekjen Sipamandar dan Pembina KPM PMM Cabang Balanipa, maka seluruh konsep konsep persuratannya Forum Sipamandar, mahasiswa yang kebagian tugas mengetik dan mengedarkan bahkan dalam beberapa pertemuan awal pertemuan Sipamandar saya kerap hadir bersama tokoh-tokoh kunci perjuangan. Sebab selalu mendampingi H. Borahima dan kerap menjadi notulis pada rapat-rapat yang diadakan bergilir dari rumah ke rumah. Dari rumahnya, Pak Makmun, Pak Rahmat, Pak Borahima sendiri, Pak Husni Djamaluddin, Andi Mappatunru dan lain sebagainya.