19 Tahun Sulbar: Kisah dari Jalan Bonto Langkasa

Drs. H. Farid Wajdi, M. Pd.
Drs. H. Farid Wajdi, M. Pd.
  1. Prof. Dr. dr Amir Abdullah 
  2. Prof. Dr. Darmawan Masud Rahman
  3. Makmun Hasanuddin, Garmak Motor
  4. Rahmat Hasnuddin
  5. Asnawi  Parampasi 
  6. Gaus Bastari 
  7. Ir. Azis dg Situju
  8. Anhar Sampetoding 

Gagasan dan ide  yang saling bersahutan  dari para pembicara seperti Husni Djamaliddin, Andi Mappatunru, Prof Makmun Hasanuddin,  Dr. Rahmat Hasanuddin, H. Borahima, awalnya adalah memikirkan  daerah agar  terdapat akselerasi pembangunan agar dapat setara dengan  caerah lainnya di Sulawesi Selatan. Namun pada akhirnya menjurus pada cerita masa lampau bahwa daerah ini  hanya bisa berkembang dengan  baik melakukan pemerataan pembangunan jika  dapat  menjadi  sebuah provinsi  sendiri, seperti yang telah gagas  oleh Husein Puang Limboro salah seorang putera bangsawan di Kerajaan Balanipa Mandar yang pernah menjadi Pejabat Ketua Parlamen Negara Indonesia Timur Tahun 1949. Di awal Tahun 1950 an beliau pernah  menulis surat kepada H. Abd. Malik Pattana Endeng adik kandung  Andi Depu, memengajaknya memikirkan upaya-upaya membangun kekuatan bersama merintis berdirinya satu provinsi tersendiri. Dalam surat itu menyebut Provinsi Mandar, sampai pada zaman Andi Depu pernah mendeklarasikan  provinsi  Mandar di Gedung Merah, Makassar.

Ternyata surat Husein Puang Limboro kepada Abdul Malik yang tertulis tangan itu menjadi sakral dan fenomenal. Karena mampu menginspirasi generasi berikutnya terus berusaha dan tidak pernah berhenti mewujudkan cita-cita, menghadirkan sebuah provinsi baru di Sulawesi, yang wilayahnya dari Paku sampai ke Suremana. 

Dari itu  terbentuklah Forum Sipamandar atau Forum Komunikasi Partisipasi Masyarakat Mandar). Akronim Sipamdar ini disampaikan langsung oleh Husni Djamaluddin, forum ini dibentuk oleh gabungan organisasi mahasiswa dan himpunan keluarga, Polmas, Majene dan Mamuju. Saat itu berlangsung di kediaman Anhar Sampetoding di Ujung Pandang Baru, pak Makmun Hasanuddin mengedarkan list sumbangan untuk membiayai pendirian atau mengaktanotariskan Forum Sipamandar. Saat itu, saya bertanya pada pak Makmun, apakah mahasiswa menyumbang juga? Dengan tegas dikatakan, jangan lihat jumlahnya, tapi lihat nilai perjuangannya. Di dalam dompet saya  terdapat  uang  Rp3000, saya menyumbang  setengahnya Rp. 1500. Di dalam  ruangan itu juga hadir Drs. Jamil Barambangi serta Dr. Maringun, Mulyadi Prayitno, Sapir, Borahima dan lainnya.

Forum Sipamandar  pada tanggal 25 Maret 1994, ketua presidiumnya  Husni Djamaluddin, sementara ketua hariannya adalah Makmun Hasanuddin, dan H. Borahima ditunjuk sebagai Sekjen. Sementara tokoh lainnya  menjadikan forum ini rumah perjuangaan, dari sanalah gagasan-gagasan strategis , pendirian organisasi yang mendukung perjuangan mulai terbentuk seperti KAPP Sulbar, (Komite Aksi Perjuanagan Pembentukan Sulbar).

Sebagai Sekjen Sipamandar dan Pembina KPM PMM Cabang Balanipa, maka seluruh konsep konsep persuratannya Forum Sipamandar, mahasiswa yang kebagian tugas mengetik dan mengedarkan bahkan dalam beberapa pertemuan awal pertemuan Sipamandar saya kerap hadir bersama tokoh-tokoh kunci perjuangan. Sebab selalu mendampingi H. Borahima dan kerap menjadi notulis pada rapat-rapat yang diadakan bergilir dari rumah ke rumah. Dari rumahnya, Pak Makmun, Pak Rahmat,  Pak Borahima sendiri, Pak Husni Djamaluddin, Andi Mappatunru dan lain sebagainya.