Rahmiani Dari Alumni Terbaik Hingga Gratis Meraih Magister

Rahmiani Dari Alumni Terbaik Hingga Gratis Meraih Magister -

Oleh Ayub Kalapadang

BAGI wanita asli kelahiran Majene 28 tahun silam ini, pendidikan adalah bagian dari pencapaian hidup. Rahmiani begitu nama sebenarnya. Ia tidak menyangka bisa meraih gelar magister dengan jalan beasiswa.

Perempuan yang menyelesaikan sekolah menengahnya di SMA Negeri 1 Majene ini sudah menggemari pelajaran Kimia sejak duduk di bangku sekolah.

Kemampuannya di bidang MIPA bersambut dengan terpilih sebagai salah satu siswa penerima jatah bebas tes dari Universitas Negeri Makassar (UNM) untuk melanjutkan pendidikannya di Fakultas Pendidikan jurusan Kimia seperti impiannya.

“Saat itu (tahun 2008) ditawari bebas tes PMBK dari UNM, setelah coba kasih masuk berkas ternyata diterima. Tapi luluska juga hari itu tekhnik sipil di UNHAS,” ungkapnya memulai cerita kepada Mandarnesia.com, Sabtu (12/5/2018).

Selama menjalani pendidikan di Kota Daeng, anak sulung dari lima bersaudara ini mengaku tidak hanya sekadar kuliah, dirinya juga mengembangkan ilmu yang dimiliki untuk terjun memberikan pelajaran tambahan kepada anak-anak yang ingin memakai jasanya.

Kursus privat yang dijalankan sembari mengikuti kuliah, menuai hasil yang membantu biaya hidup serta perkuliahannya selama empat tahun. “Selain dapat beasiswa dari kampus waktu di Makassar dulu biasaka juga kasih privat anak-anak SD sampai SMA dari rumah ke rumah. Lumayan biasaki dapat 50 ribuan per hari kadang juga digaji per bulan,” jelasnya.

Rahmiani bersepeda santai, (Foto: Facebook Amy Rahmiani).

Setelah meraih gelar dengan predikat cumlaude di jurusannya pada saat wisuda, menjadi motivasi Rahmiani untuk melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi. Ia berharap suatu ketika ilmunya dipersembahkan demi memberikan kontribusi bagi pembangunan daerahnya.

“Harus memang karena kita wanita setidaknya ada ilmu yang bisa diajarkan nantinya ke anak. Kebetulanji itu hari lulusan terbaik, jadi kuingat sekali nabilangika pembimbing waktu ramah tamah harus lanjut karena kamu nanti harus membangun daerahmu,” tuturnya.

Menurut Rahmiani menimba ilmu bisa dikata tidak mudah. Selain mampu dalam pelajaran juga harus ditopang dari sisi finansial.

Ia mengetahui kalau dirinya tidak sendiri ada empat adik kesayangannya yang masih membutuhkan biaya dari orang tuanya, ini juga yang menjadi pertimbangan awal hingga dirinya mencari informasi mendapatkan beasiswa.

“Karena tidak memberatkan orangtua akhirnya cari bea siswa karena kalau biaya sendiri sepertinya tidak mungkin. Mahal sekali SPP-nya saja sampai 9 juta per semester,” terangnya diselingi tawa.

Tawaran beasiswa dari Dikti bagi mahasiswa daerah terluar untuk melanjutkan Magister diempat kampus besar di Indonesia yakni UGM, ITS, ITB dan IPB seakan membuka pintu kesempatan bagi Rahmiani untuk meraih mimpi melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.

“Setelah ada rekomendasi dari Unsulbar, saya ikut tesnya itu hari (tahun 2013) se-Sulselbar sekitar 1200 peserta khusus jurusan sainstek. Alhamdulillah saya lulus, kebetulan jurusan kimia juga di UGM,” akunya merasa senang.

Rahmiani praktikum di lab. Kimia UGM, (Foto: Facebook Amy Rahmiani).

Banyak hal yang menjadi pengalaman serta pelajaran bagi putri pasangan bapak Abdul Rahim dan ibu Masni ini selama menimba ilmu di luar Sulawesi.

Selama satu tahun belajar Rahmiani masih ingat betul mata kuliah matrikulasi yang menjadi materi daerah terluar, dengan begitu orang dari luar dapat menyesuaikan diri dengan orang Jawa selama satu tahun.

“Banyak pelajaran didapat mulai dari beda cara belajarnya anak-anak di sini sama di sana. Kalau masuk kampus mereka rata-rata di depannya buku bukan buka hp, lebih disiplin juga. Setelah satu tahun baru di tes ulang untuk S2,” kenang Rahmiani.

Setelah dua tahun lebih menjadi Mahasiswa pascasarjana, penyematan toga untuk gelar master akhirnya diraih tepat Mei 2017. Ia pun bertekad untuk mengimplementasikan ilmunya di Perguruan Tinggi Negeri Sulawesi Barat, namun perjanjian awal untuk mengajar di kampus Unsulbar saat itu terkendala dikarenakan belum tersedianya jurusan kimia.

Rahmiani mendapat parcel bunga saat wisuda, (Foto: WA Rahmiani).

Meski begitu, ia selalu menatap optimis dirinya akan selalu mencoba dan berusaha begitu juga dengan pasangan hidupnya kelak semua sudah diatur.

“Karena belum ada jurusan kimia di Unsulbar jadi cari peluang lanjut S3 dulu, apalagi bapak suruh lanjut di luar negeri. Kalau ada even CPNS mendaftar juga, yang mana saja dulu. Kalau peluang menikah duluan, ya menikah dulu,” candanya.

Foto: Facebook Amy Rahmiani