Petani Mengeluh Harga Jagung Anjlok

Reporter : Busriadi Bustamin

MALUNDA,mandarnesia.com-Sejumlah petani di Kecamatan Malunda Kabupaten Majene, mengeluhkan harga jagung turun drastis. Selain harga yang anjlok, hama jagung juga menyerang tanaman petani.

“Harga jagung sekarang sangat turun. Antara dua ribu hingga dua ribu lima ratus perkilogram. Padahal sebelumnya dikisaran empat ribu sampai lima ribu rupiah perkilogram. Makanya kami resah dengan harga begini,” keluh Adit salah satu petani jagung di Desa Lombong, Rabu (17/6/2020).

Adit tak mengetahui secara pasti, penyebab turunnya harga jagung. Ia hanya menduga, Covid-19 salah satu faktornya.

“Sepertinya pengaruh wabah Covid-19 sehingga harganya anjlok. Mungkin orang pada khawatir keluar rumah,” katanya.

Selain harga yang turun, Adit juga mengeluhkan tanaman jagung miliknya diserang penyakit.

“Batangnya langsung mengering mulai dari atas sampai ke bawah. Seharunya belum panen jadi langsung dipanen. Karena tambah rugi kita kalau tidak dipanen cepat-cepat,” jelas Adit, dengan luas lahan jagung miliknya sekitar setengah hektare. 30 persen diantaranya diserang penyakit.

Ia berharap, peran dari pemerintah terkait segera memberikan solusi soal permasalahan, itu.

“Mudah-mudahan ada perhatian dari pemerintah soal harga jagung dan serangan penyakit jagung ini,” harapnya.

Kepala Balai Penyuluh Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Malunda Abd. Rauf L, juga belum mengetahui secara pasti penyebab anjloknya harga jagung.

“Kalau kita di sini barangkali karena ada masalah covid. Karena kemarin sebelum ada ini masih bagus harga. Lima ribu rupiah perkilogram. Setelah ada covid menurun. Barangkali pedagang-pedagang jagung ini mungkin takut keluar. Ya itu barangkali,” tutur Rauf.

Untuk persasalahan penyakit yang saat ini melanda sebagian petani jagung di Kecamatan Malunda, Rauf menyarankan agar beralih ke tanaman yang lain.

“Karena tidak adanya pergiliran tanaman, tanaman jagung terus akhirnya ada hama yang selalu tinggal di situ. Karena ini juga menghindari gangguan tanama kita,” katanya.

Misalnya, lanjut Rauf, setelah panen jagung, petani kembali menanam sayur-sayuran, lombok, tomat dan lain sebagainya.

“Kemarin saya rapat di sini, saya kasi tahu ke sejumlah petani, tolong tanaman kita jangan selalu jagung. Tapi sudah ada sebagian petani beralih ke tanaman yang lain, salah satunya dengan menanam lombok,” tutur Rauf.

“Rata-rata tanaman jagung petani diserang busuk batang, busuk buah. Ini bukan pengaruh hujan tapi inilah namanya penyakit pasti selalu ada kalau tidak ada pergantian tanaman,” tambahnya.

Ketfot : Seorang petani jagung di Malunda sedang memanen jagung/Busriadi Bustamin