MAJENE,mandarnesia.com-Tanaman kelapa dalam masih banyak dijumpai di Sulawesi. Salah satunya di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat. Namun pengelolaannya masih bersifat tradisional.
Jika ditunjang dengan alat modern maka akan menghasilkan minyak kelapa yang murni atau Virgin Coconut Oil (VCO). VCO diekstrak dari kelapa masih segar tanpa menggunakan tambahan bahan kimia dan tanpa suhu tinggi.
Hal itulah menjadi bahan diskusi di Jakarta, Jumat (3/7/2020) malam. Ketika salah satu pengusaha asal Palu, Sulawasi Tengah (Sulteng), meminta kepada Sudarman untuk menjadi investor di bisnisnya.
Kata Sulaiman dari Gerakan Rakyat Ekonomi Sosial Kota Palu, bahwa khusus di Palu masih banyak ditemukan komoditi kelapa yang diolah secara manual. Lalu dijadikan kopra. Selanjutnya, diekspor ke Bahrain untuk dibuat minyak VCO.
“Kopra putih, daging kelapa yang dikeringkan dengan kadar lima persen baru bisa diterima pabrik. Lalu pabrik akan mengekspor ke Bahrain. Jadi kebutuhan kopra putih saja hampir 1.500 ton perbulan saya kirim,” kata Sulaiman.
Namun, andaikan punya mesin atau alat yang lebih modern maka pengolahan kopra sangat memungkinkan di Kota Palu. Hanya saja membutuhkan anggaran puluhan miliar untuk membeli alat tersebut. Sehingga dirinya mengajak Sudarman yang juga Bakal Calon Wakil Bupati (Bacawabup) Majene untuk menjadi investor di bisnisnya tersebut.
“Beliau (Sudarman) menginginkan bagaimana nanti diolah melalui alat yang modern agar lebih optimal pengolahan kelapanya. Misalnya, sabutnya bisa dipakai, batok kelapa bisa dijual atau dimanfaatkan. Airnya saja saya dengar bisa jadi coco pandan untuk makanan,” jelas Sulaiman.
Di Palu, hanya untuk pengolahan kelapa saja membutuhkan 4.600 petani dengan satu bidang industri untuk menghasilkan kopra putih.
“Kami beli kelapa dari rumah-rumah petani. Kami olah sampai pemisahan dari batok kelapa, dagingnya dikeluarkan lalu dilanjutkan ke proses penjemuran untuk menghasilkan kopra putih. Dengan memakai penjemuran matahari dengan alami kalau siang hari. Sementara pada malam hari kita bantu dengan belerang. Masa jemurnya lima sampai tujuh hari. Setelah selesai baru diekspor ke Bahrain,” tutur Sulaiman.
Sudarman pun merespon baik tawaran dari salah satu pengusaha asal Palu, itu. Menurutnya, selain kelapa dalam yang umumnya tumbuh di Sulawesi Barat, adapula jenis kelapa genjah yang bagus di kembangkan di Kabupaten Majene. Buah dari pohon kelapa genjah bisa langsung dipetik. Usia panennya pun hanya 2,5 tahun. Satu pohon bisa menghasilkan 50 biji. Sedangkan harga pasarannya dijual dalam permilimeter.
Baca juga :https://mandarnesia.com/begini-pesan-dewan-pembina-jenggala-center-buat-sudarman-di-pilkada-majene/
“Jadi diskusi ini saya tertarik untuk mengembangkan nanti di Majene tapi dalam hal industrinya. Karena ternyata hasil akhir dari kelapa bisa diolah jadi minyak virgin,” jelasnya.
“Di tengah diskusi kami, saya langsung sampaikan ke Pak Sulaiman, bangun di Majene saja. Karena kami banyak kelapa di sana. Kita juga berdayakan masyarakat yang punya lahan kelapa. Kemudian kita hadirkan teknologinya. Saya tidak mau hanya mengelola kopranya tapi harus jadi minyak yang bisa langsung dijual. Karena untuk melalui proses minyak virgin ini harus melalui alat-alat yang lebih modern,” sambung Sudarman. (Adv)