Pande Bulawang, Jejak Sakka’ Manarang yang Terlupakan – Bagian 10

Pelakunya disebut Pande Bulawang (Pandai Emas) sebagaimana Pande Besi di Pambo’borang Majene. Kendati menurut Adil pande bulawang di kampung ini sudah tak ada lagi, bukan berarti segalanya harus dilupakan. Toponimi kampung ini dinamakan pande bulawang pasti terkait langsung dengan kebijakan ekonomi yang digagas oleh I Billa-Billami atau Tomepayung, putra Todilaling yang dikenal memiliki kemampuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakatnya.

Slogan Pemerintahan Tomepayung dikenal sebagai tagline Mega Lego Mega-Mega Wilua ini tentu bukan basa basi.

Jika slogan itu dikaitkan dengan konsesnsus yang dibangun oleh Tomepayung sebagai patron kepemimpinan di Mandar, sangat mungkin bahwa di kampung inilah dahulu ditempatkan para pande bulawang oleh Tomepayung.  Dari tagline dan fakta integritas inilah muncul gagasan untuk memajukan perekonomian masyarakatnya dengan membentuk Kalula’ Sakka’ Manarang.

Ini adalah terobosan Tomepayung dalam sektor ekonomi. Sakka’ Manarang ini menjadi lembaga ekonomi yang dikelola tenaga-tenaga ahli dan berkompeten dibidangnya masing-masing. Termasuk mereka inilah yang bertugas untuk melaksanakan pembangunan fisik. Kesepuluh bidang usaha tersebut adalah Pande bassi (tukang besi); Pande bulawang (tukang emas); Pande gallang (tukang tembaga); Pande Ayu (tukang kayu); Pattema batu (tukang ukir batu); Pattema pallu (tukang pembuat tungku); Pamio (pembuat tali-temali); Panjalin (penangkap ikan); Passuki (orang yang ahli memanjat); Passuppi (tukang sumpit burung). (Muhammad Amin Daud, 2017)

Satu-satunya yang abadi dalam penamaan kampung adalah Pande Bulawang kendati tak lagi ditemukan jejak para pengrajinnya. Setidaknya, nama kampung ini mengingatkan kita pada sosok pemimpin yang ada di Balanipa yakni Tomepayung. Penggagas konsep ekonomi kerakyatan yang hari ini dilupakan.

Termasuk pemerintah Sulbar, jangankan menerapkan konsepnya, mengetahui saja konsep Tomepayung ini mungkin tidak. Bahwa hari ini konsep ekonomi kreatif lagi booming, justru pada tahun 1580an sudah diterapkan oleh Arajang Balanipa keturunan Gowa Makassar ini.

Mengenal Tomepayung

Berziarah ke makam Tomepayung di Desa Tammajarra

Tomepayung adalah Mara’dia Balanipa yang pertama menggunakan gelaran Arajang. Ia memiliki nama lengkap I Billa-billami, gelaran atau nama panggilan bagi I Manyambungi sewaktu berada di kerajaan Gowa. Setelah menikah dengan I Rerasi dan melahirkan putranya, ia memberikan nama itu kepada putranya.

I Billa-Billami yang kemudian di lantik menjadi raja Balanipa ke-2, menggantikannya sebagai mara’dia. Pemilik gelar Tomepayung ini mewarisi dasar-dasar kebijakan, kepemimpinan dan keberanian yang dimiliki oleh ayahnya. Ia secara mantap menata kewenangan dan pembagian tugas negara kepada seluruh jajaran pemerintahan di kerajaannya. Ia membagi tugas secara adil dan saling membantu antara Mara’dia yang Dipedaeng  dengan para kaum Ada’  yang Dipepuang.