Dengan surat suara sebanyak itu untuk kesempatan yang sama di TPS, pemilih memerlukan tempo yang cukup untuk menentukan pilihan. Itu sebabnya, setiap pemilih sebaiknya telah memiliki pilihan yang tak tergoyahkan sejak berangkat dari rumah menuju TPS. Dibanding baru akan mencermati setiap kolom di surat suara di dalam bilik.
Setiap TPS di Pemilu 2019 akan melayani maksimal 300 pemilih. Dalam simulasi dengan 500 pemilih sebelumnya, rentang jam yang dibutuhkan cukup lama. Hitung saja bila setiap pemilih memerlukan tiga menit di bilik suara dengan 300 pemilih, belum lagi bila akan memasuki tahap penghitungan surat suara atau tungsura. Suasana TPS yang mulai dibuka jam 07.00 pagi itu akan ramai sepanjang hari hingga malam. Atau bahkan menyentuh dini hari.
Pemilu sebagai pesta demokrasi diharap dapat berjalan sesuai maknanya, kegembiraan dan keriangan. Bukan sekadar meluapnya mobilisasi warga atau berlimpahnya biaya yang harus dikeluarkan untuk menyukseskan perjamuan paling besar lima tahunan itu. Pemilu 2019 mesti kita maknai sebagai perayaan pilihan sebebasnya tanpa intimidasi dari manapun. Bilik-bilik suara itu ibarat oase yang menuntaskan dahaga.