Melacak Kampung-Kampung Tua di Tammangalle

Mengungkap Pusat Peradaban Balanipa – Sendana – Bagian 12

(Penguatan Identitas, Kebhinnekaan dan Kemaritiman Mandar)

Reportase Muhammad Munir

Giliran Desa Tammangalle menjadi sasaran riset kami. Desa Tammangalle Kecamatan Balanipa yang akan kami sasar ini memiliki banyak situs tua yang beberapa diantaranya adalah situs makam Tomatindo di Salassa’na, Situs sumur tua di Galetto dan Uwai Tawar, Situs batu kasur, Situs pemakaman Puang Cadia dan Puang Gamma, dan situs batu gusi di Panuttungan,  Rabu, 12 Oktober 2022.

Di antara situs-situs itu, Informasi Budianto Hakim tetap menjadi prioritas kami, yakni Kappung Laiyya. Kappung Laiyya ternyata adalah Buttu Laiyya, demikian Usman Ali Yunus, Staf Desa Tammangalle memberikan penjelasan. Demikian juga Dirman, salah seorang penggiat literasi dan aktifis kemanusiaan yang sering menyertai penulis sejak tahun 2017-2020.

Ia kini mengabdi di SMK Negeri Balanipa dan nyambi di Kantor Kehutanan Kecamatan Balanipa. Ia bahkan salah satu dari turunan pemilik wialayah Buttu Laiyya. Atas informasi tersebut, tim akhirnya meminta kepada Dirman untuk menjadi pemandu lapangan agar tim bisa dengan mudah mengakses situs Buttu Laiyya.

Ternyata Pak Budi sudah pernah mengintai daerah ini pada dekade tahun 1990-an bersama Prof. Darmawan Mas’ud Rahman. Informan inti salah satunya adalah Abdullah, J yang tak lain kakek dari Dirman.

Pukul 10.00 kami sudah berada di puncak Buttu Laiyya. Disebut Buttu Laiyya, karena dahulu gunung ini menjadi pusat penanaman Laiyya atau Jahe Singkapan keramik dan fragmen gerabah berhias yang ditemukan pada permukaan tanah di bagian puncak Buttu Laiyya memberikan informasi bahwa Buttu Laiyya memang menjadi pemukiman warga sejak ratusan tahun yang lalu. Alasan itu pula yang membuat Budianto Hakim memilih lokasi Testpit pertama di situs ini.

Dari temuan testpit terdapat temuan fragmen keramik klasifikasi Yuan (abad ke-13), Vietnam dan Vietnam. Ini menjadi bukti arkeologis bahwa wilayah ini sudah dihuni pada abad ke-13-15. Selain keramik, tim juga menemukan pecahan besi, gerabah berhias, kerang laut dan darat serta galian liar pada situs ini menandai bahwa disini terdapat harta karun atau poling. Pak Budi menyakini bahwa orang-orang Mandar di wilayah Tammangalle ini menjadikan laiyya atau jahe sebagai alat tukar atas keramik yang didatangkan dari Cina.

Sejumlah informan yang penulis sempat temui juga mengakui bahwa Buttu Laiyya adalah perkampungan tua. Makam di sekitaran puncak situs ini juga memberikan bukti bahwa perkampungan tidak akan jauh dari tempat mereka dimakamkan.