Ia menganggap bahwa raja Gowa ke-9, Daeng Matanre’ Karaeng Manguntungi Tomaparisi’ Kallona adalah anak I Rerasi, berarti ana’ cera’ (budak belian) yang tidak pantas menjadi raja Gowa. I Rerasi dianggap sebagai seorang budak belian dari tanah Mandar.
Namun setelah diselidiki ternyata I Rerasi adalah anak Tomakaka’ Napo dari Botting Langi. Berarti I Rerasi-lah yang menurunkan raja-raja Gowa di kemudian hari (Sinrang, 1994).
Akibat dari ketidaksetujuannya itulah yang membuat dirinya melakukan perantauan di tahun 1500 dan tiba di Kerajaan Baras. Disanaia menikah dengan wanita bangsawan Mandar yang bergelar Tomanurung di Baras.
Dari perkawinan ini lahir satu orang putri bernama (1) I Badan Tassa Batara Bana yang menjadi raja Punjananti (Banawa) Kaili di Sulawesi Tengah, (2) Todipali, yang menjadi raja Mara’dia Mamuju, (3) Tomessawe di Mangiwang, menjadi Mara’dia Sendana. Peristiwa ini terjadi disekitar tahun 1540.
Di sini terbukti bahwa Kerajaan Banawa Kaili dan kerajaan-kerajaan yang ada di Pitu Ba’bana Binanga (Sendana dan Mamuju) pernah diperintah oleh raja yang bersaudara dan merupakan keturunan Tomanurung ri Gowa, bangsawan tinggi dari Gowa (Darmansyah, 2018).
Digelar Tomisssawe di Mangiwang karena, konon suatu ketika Kerajaan Punjananti (Banawa) di Kaeli Sulawesi Tengah tidak mempunyai pemimpin yang dapat disepakati menjadi raja. Datanglah seorang dukun kepada sesepuh kerajaan untuk memberikan pendapat perihal calon pemimpin (raja) di Kerajaan Punjananti.
Calon raja Punjananti sebagaimana disampaikan oleh dukun berdasarkan mimpinya kepada sesepuh kerajaan, bahwa untuk menetapkan calon raja Punjananti sebaiknya diawali dengan mendatangi Tomanurung ri Gowa di Kerajaan Baras untuk meminta kepada salah seorang putranya yang mempunyai tanda hitam di telapak tangan sebagaimana petunjuk dalam mimpi.
Tak lama kemudian mereka pun mengutus ke Kerajaan Baras untuk mengikuti mimpi sang dukun. Setibanya di Kerajaan Baras, ia pun menyampaikan maksud kepada Tomanurung ri Gowa. Atas pertimbangan raja Baras, ia dipersilahkan untuk memilih salah seorang dari ketiga anaknya untuk dijadikan raja di Kerajaan Punjananti. Karena yang memiliki tanda hitam di telapak tangan adalah anak bungsu, Tomessawe di Mangiwang, maka pilihan pun jatuh kepadanya.
Ketiga anak Tomanurung ri Gowa berangkat ke Punjananti mendampingi adiknya dalam rangka penetapan dan pelantikan sebagai raja di kerajaan Punjananti. Dalam perjalanan yang menggunakan perahu layar, tiba-tiba sang adik, Tomessawe di Mangiwang jatuh ke laut dan ditelan ombak.
Dua orang kakak-beradik yang selamat dalam perahu tersebut tetap melanjutkan perjalanan ke Punjananti (Banawa). Tiba di kerajaan Punjananti, mereka menyampaikan perihal kejadian yang menimpanya itu. Tomessawe di Mangiwang dianggap tidak mungkin selamat dalam peristiwa itu, maka I Badan Tassa Batara Bana menggantikan adiknya sebagai calon raja di Punjananti.