Pelabuhan yang juga tak banyak dicatat dalam sejarah adalah pelabuhan Buku dan Garassi’ Pelabuhan Buku dikenal sebagai pelabuhan Kerajaan Passokkorang sejak tahun 1400-an sampai kerajaan ini takluk pada kekuasaan Balanipa.
Meski pelabuhan Buku tidak terekam dalam catatan sejarah, tapi artefak sejarah berupa singkapan keramik yang tersebar di sekitar muara sungai dan perkampungan seperti Potong, Samma dan sekitarnya cukup dijadikan bukti bahwa kampung ini pernah ramai dikunjungi bahkan dijadikan sebagai tempat berdomisili.
Kondisi ekologi Pelabuhan Buku yang memiliki volume angin dan ombak yang sedang, tidak keras, serta keberadaan sungai Maloso (Mapilli) yang berbadan lebar dapat dijadikan tempat berlabuh kapal-kapal besar. Selain pendekatan teoritis, bukti lain yang menguatkan keberadaan pelabuhan di Buku adalah adanya memori kolektif berupa sejarah lisan (oral history) masyarakat setempat tentang kapal-kapal besar yang sandar di bibir pantai buku sekitar tahun 1960-an.
Benda arkeologi atau porselin yang dimaksud itu berupa keramik, guci, mahkota dan sebagainya, yang disinyalir benda arkeologi tersebut adalah buatan pada masa Dinasti Tang (abad 7-10 M), Dinasti Song (abad 10-13 M), Dinasti Yuan (abad 13-14 M), dan Dinasti Ming (abad 14-17 M) di Cina. (Suardi Kaco, 2018).
Sungai Maloso pada awal abad 20 juga masih digunakan sebagai sarana lalu-lintas kapal-kapal besar. Pada masa ini juga pelabuhan di Buku dikenal dengan sebutan “Gudang”, yaitu tempat penyimpanan kopra yang akan dijual ke Makassar, Kalimantan dan Jawa.
Kapal-kapal besar pada masa itu silih berganti datang mengangkut kopra-kopra yang telah tersedia di Gudang. Bahkan sebelum alat transportasi darat mulai marak muncul, masyarakat Mandar banyak menggunakan kapal yang tersedia di pelabuhan Buku untuk menuju ke Makassar dan daerah-daerah lainnya.
Sebagai pelabuhan dan pusat perdagangan, daerah Buku menjadi permukiman yang padat penduduk dan masyarakatnya masuk dalam kategori strata sosial dan ekonomi yang cukup tinggi, sebab barang-barang yang diperdagangkan oleh bangsa Cina pada masa itu tidak mudah dijangkau oleh masyarakat secara umum.
Barang-barang impor dari Cina ini, di mata masyarakat Buku nampaknya diperlakukan begitu istimewa, karena dikubur bersama dengan jasad orang mati. Di sini terlihat adanya pengaruh budaya Cina terhadap masyarakat Buku sangat kuat (Suardi Kaco, 2018)..