Galetto, Antara Pelabuhan Kurri-Kurri dan Buku

Wialayah eks Pelabuhan Galetto di Desa Karama (foto insert) Budianto Hakim dkk sedang melakukan pengintaian wilayah permukaan tanah di sekitaran wilayah eks Pelabuhan Galetto.
Wialayah eks Pelabuhan Galetto di Desa Karama (foto insert) Budianto Hakim dkk sedang melakukan pengintaian wilayah permukaan tanah di sekitaran wilayah eks Pelabuhan Galetto.

Pada saat sebelum kejatuhan Malaka ke Portugis, proses islamisasi yang dibawa oleh para pedagang Muslim hanya terpusat di pesisir Selat Malaka dan sekitarnya sehingga dampaknya tidak merata ke seluruh Nusantara. Lalu setelah jatuhnya Malaka, maka proses islamisasi pun dapat semakin berkembang luas seiring dengan berpindahnya para pedagang.

Sehingga pada tahun-tahun kemudian jalur perdagangan ke timur utamanya pantai barat Sulawesi lebih ramai dari sebelumnya, seperti pelabuhan Somba Makassar, Pare-pare, Suppa, Wajo, Bone, Siang, Majene, Mamuju dan Donggala.

Tiga peneliti dari BRIN, Abdul Asis, Tini Suryanisih dan Bahtiar di eks Pelabuhan Galetto
Tiga peneliti dari BRIN, Abdul Asis, Tini Suryanisih dan Bahtiar di eks Pelabuhan Galetto

Faktor-faktor penyebab mengapa pelabuhan di Sulawesi menjadi pusat perdagangan adalah karena letaknya yang strategis berada pada spot jalur pelayaran dari selat Malaka, Maluku, Kalimantan, Manado dan Philipina dan letak pelabuhan berada pada muara sungai sehingga lalu lintas perdagangan antar daerah pedalaman berjalan dengan baik.

Pelabuhan menghadap ke gugusan pulau kecil yang berguna untuk menahan gelombang dan angin, sehingga keamanan berlabuh di pelabuhan ini terjamin.

Pelabuhan Kurri-Kurri juga terekam dalam lontar Mandar yang ditransliterasi oleh A.M. Mandra (1991), dikatakan bahwa setelah mengalahkan kerajaan Kurri-kurri di wilayah Simboro yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya kerajaan Mamuju dalam sumber sejarah mengatakan setelah penaklukan pelabuhan Kurri-kurri, Kerajaan Mananggala oleh Tomojammeng, orang orang Kurri-kurri timbanua atau sekampung (seluruh masyarakat) dijadikan pengawal kerajaan atau dalam klasifikasi status golongan masyarakat disebut joa’ dan sebagian dijadikan budak kemudian bermigrasi ke kaki gunung Tanete Tarung, suatu tempat bernama Bukit Sallassa dan dijadikan Kerajaan Mamuju yang pertama.

“…Iyamo umbetai Kurri-kurri, iyamo mettama joa’ timbanua. Toalukalaumo iyamo jari Tobone-bone. ToKurri-kurrimo, iyamo jari Tokasiba. Maradikamo di mananggala, iamo jari Pa’bicara, iamo jari Pue Tokasiba, apa’ batua ToKurri-Kurrinnamo dongai naluppui anna mettamamo Pue di Kasiba. Puattamo di Mamuju mendai’ di Kalumpang Mappura loa, iamo umbetai Ringgi, umbetai Bunu-bunu. Pappura loanna datia Mamuju pembuni ingganna tappa’ lita’na Mamuju, Lalombi, anna ingganna Lewani disaliwanna binanga, di Simboro, di Siroma. Lita’ Kailimi dilausanna lita’ Mamuju dio dimata allo Pattappingang lita’na Mamuju sitappingi Palli’na Luwu anna Palili’na Mamuju…

Jelas bahwa setelah mengalahkan Kurri-kurri disebutkan seluruh warga Kurri-Kurri dijadikan pengawal, sebagian jadi nenek moyang orang Kasiwa dan diangkat jadi Raja Mananggala dan menjadi Pa’bicara dalam hadat di Kerajaan Mamuju. Kemudian mengadakan perjanjian dengan Kalumpang dan menetapkan batas-batas wilayah Kerajaan Mamuju.