Bagian 6: Melayari Jejak Lampau dari Makam Todilaling

Todilaling Versi Laboratorium Sejarah UNHAS

Mengungkap Pusat Peradaban Balanipa – Sendana | Penguatan Identitas, Kebhinekaan dan Kemaritiman Mandar

Reportase Muhammad Munir

Rombongan Tim Peneliti BRIN ini awalnya tiba malam di sebuah penginapan bernama Yumari Majene  Paginya Muhammad Amir dan A’ba Tammalele menelpon penulis untuk segera bergabung dengan tim peneliti dari BRIN. Melalui telpon seluler A’ba Lele, penulis terhubung dengan Pak Amir.

Beliau meminta langsung kepada penulis untuk menjadi bagian dari kegiatan ini selama proses riset sampai tanggal 19 Oktober 2022. Penulis kemudian meluncur ke Kota Majene dan bergabung dengan para peneliti ahli yang nama-namanya telah akrab dengan penulis saat di Balai Pelestarian Nilai Budaya. Penulis kerap kali membaca jurnal karya ilmiah mereka di Walasuji dan Pangadereng (Jurnal Sejarah dan Budaya).

Penulis langsung diterima oleh Pak Amir di ruang Lobi Yumari. Pak Amir menyampaikan bahwa tim-nya akan pindah dari Yumari ke Hotel Davina, sebab Yumari tidak memenuhi standard procedural kantornya. Sebelum berkemas untuk meninggalkan Yumari, ia menyampaikan bahwa makan siang tim akan dijamu oleh Keluarga Pak Supriadi (Guru Sejarah SMA 2 Majene).

Ia juga menyampaikan bahwa program kali ini tidak lagi bentuk wawancara dan pencarian dokumen tua, melainkan langsung melakukan pemantauan langsung ke lapangan dengan melakukan Testpit pada situs yang memenuhi kriteria. Tepatnya, kita akan menuliskan Mandar dalam perspektif arkeologi. Untuk tahun ini, kita mulai dari Balanipa dan Sendana dulu.

“Saya harap bantuanta, Ndik. Selama kami berada di Mandar”. Pintanya. Sejurus kemudian ia minta pamit untuk berkemas meninggalkan Yumari.   

Pada saat Pak Amir menuju ke lantai 2, muncul Pak Budianto Hakim. Beliau memang sudah pernah bertemu dengan penulis dan terlibat dalam program Tour Arkeologi Peneliti dari Belanda, Kathryn Wellen dan Ian Caldwell (2017).

Penulis tentu saja bahagia mendengar informasi Pak Amir yang juga dipertegas oleh Pak Budi. Riset PR KKP BRIN ini adalah awal untuk menelusur berbagai pemukiman tua di Mandar. Ini tentu terhubung pada konektifitas sejarah awal peradaban dan kontinuitas permukiman Mandar pada periode proto-sejarah.

Selama ini memang sudah beberapa bukti sejarah ditunjukkan dengan adanya temuan benda-benda perunggu serta sistem penguburan baik berupa wadah tembikar maupun wadah penguburan keranda kayu. Bukti arkeologi mengenai hal itu adalah temuan benda-benda logam yang mencakup wilayah Asia Tenggara sejak 500 SM sampai awal Masehi.

Pada masa proto-sejarah yang berlangsung sekitar awal Masehi, semakin meningkat hubungan perdagangan dengan wilayah Asia Tenggara, China, India bahkan Eropa. Seiring dengan meningkatnya aktivitas perdagangan tersebut, dengan sendirinya membuka peluang besar bagi terjalinnya pertukaran kebudayaan dan peningkatan kualitas benda-benda budaya yang masuk ke wilayah Mandar.