Upgrade Skill Jurnalistik dan Perannya Mencegah Korupsi

Dalam suasana penuh canda, narasumber yang akrab disapa kak Adi Arwan ini membeberkan beberapa karakteristik tulisan yang bergenre feature, seperti :

  1. Genre ini memilki kemasan yang kreatif dan menarik, sehingga gaya yang ditampilkan lebih kreatif dan menarik kalangan pembaca.
  2. Feature adalah jenis tulisan yang berfokus pada manusia, maka dalam penyajiannya dominan menyasar pada cerita manusia dan elemen-elemen emosional.
  3. Dan yang terakhir adalah mendalam dan detail. Yang di maksud di sini adalah penyajian tulisan yang berkarakteristik feature gayanya lebih mendalam dan lebih detail yang kaya dengan kosakata bernuansa sastrawi.

Feature juga mesti dimulai lead yang kuat dengan menggunakan paragraf pembuka yang mampu menarik perhatian pembaca, dan batang tubuh tulisan yang mampu mengorganisasikan informasi naratif secara logis dan menarik. Serta penutup yang memikat dengan menyimpulkan tulisan dengan cara meninggalkan kesan mendalam bagi pembaca.

Penanda waktu di tangan saya telah menunjukkan pukul 14.47 waktu setempat. Waktu Indonesia Bagian Tidur adalah istilah candaan setelah santap siang bersama disela-sela ishoma.

“Luar biasa memang ini bapak pemateri, hilang ngantukku aihh…” celutuk peserta lain di samping saya seakan mengabsahkan kelihaian narasumber kami siang ini, saat memaparkan materi  silde perslide dengan jelas, santai, lugas, dan penuh candaan yang mengocok perut.

Ini memperjelas kesenioran Adi Arwan dalam memberikan masukan dan arahan kepada pewarta yang terbilang baru dalam dunia kejurnalistikan.

Dalam gaya candaan yang khas dengan sesekali dibarengi tawa kecilnya, pria yang belakangan menekuni dunia podcast dan konten vt, menjelaskan bagaimana proses pembuatan feature yang baik dan benar.

Proses yang menurut saya memerlukan katekunan dalam menulis ini dimulai dari teknik pengumpulan informasi melalui wawancara, observasi, dan riset, dilanjut dengan memilih angle atau sudut pandang yang unik dan menarik. Kemudian memperdalam teknis menulis draf pertama dengan fokus pada alur dan narasi, dan yang terakhir adalah proses revisi untuk memperbaiki struktur, kejelasan, dan gaya penulisan.

Pembahasan kali ini ditutup dengan bagaimana cara memunculkan ide secara efektif. Ada tiga hal yang disampaikan ke kami, yakni Analisis Tren, Pahami Audiensi dan Evaluasi Relevansi dan Relevansi Nilai.

Adi Arwan mengoleh-olehi peserta dengan sebuah buku yang dalam waktu dekat akan terbit dengan judul buku ‘365 Hari Bersama Prof Zudan”. Riuh tepuk tangan peserta pelatihan menyambut janji buah tangan ini, namun sorak ramai terhenti saat terdengar.

“Tenaaang, tenaaang bapak ibu, tunggu dulu.. buku ini bukan saya bagikan, tapi akan saya hadiahkan kepada bapak ibu, kalau tugas yang nanti saya berikan saya anggap bagus, hehehehe…” tegas Arwan sembari tertawa seakan meledek peserta.

“Nah sekarang bapak-ibu silakan menulis sebuah feature, lalu kirimkan ke saya untuk saya nilai. Nanti hadiahnya buku yang saya sebutkan tadi, saya kasih waktu sampai dua hari ke depan” terang Arwan disambut sorak sorai peserta yang tidak ingin ketinggalan mendapat buku.

Dari pelatihan ini dapat kita simpulkan bahwa minat dan daya kejurnalistikan semua orang berbeda-beda. Perlu kami sampaikan bahwa peserta yang hadir adalah perwakilan dari Tim SPBE (Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik) dari setiap OPD yang berhasil mendaftarkan diri. Secara pribadi kegiatan ini saya anggap “langka”.

Semoga di masa yang akan datang akan ada pelatihan serupa sebagai upaya dalam meningkatkan kemampuan jurnalistik setiap ASN. Sebagai mediator antara pemerintah dengan khalayak melalui metode jurnalistik yang arif dan bijaksana. (*)