Tajriani, Melestari Kecapi Mandar

Tajriani, Melestari Kecapi Mandar -

BERBEKAL talenta yang berbeda dari wanita pada umumnya, dara kelahiran Sepa Batu 22 tahun silam ini, memiliki nama Tajriani Thalib.

Kemampuannya dalam memainkan alat musik Kacaping (kecapi) Mandar, dinilai sebagai hal langka di tengah perkembangan alat musik modern membanjiri hiburan tanah air.

Bersama Sang Masetro Kecapi Mandar, Ibu Hj. Andi Nursami Masdar (Kadis Dispop Polewali Mandar) tampil pada acara Erau International Folk Art Festival, Kukar. (Foto ; FB tajriani)

Tajriani adalah sebagian kecil perempuan muda Mandar yang menyenangi alat musik kecapi. Dengan senangnya ia pun mengungkapkan awal dirinya menyenangi alat musik itu.

“Tahun 2014, sekitar semester lima kayaknya. Dulu belajarnya putus-putus. Jadi pulang pi ke Tinambung baru bisa ki lagi belajar,” ucap Tajriani ketika bercerita kepada mandarnesia.com.

Tampil pada acara Erau International Folk Art Festival, Kukar. (Foto ; FB tajriani)

Ia merasa kemampuannya memainkan alat musik berbahan senar itu adalah kebanggaan yang tidak dimiliki wanita sebaya dengannya di Sulawesi Barat.

“Setelah itu saya mulai cari cara sendiri bagaimana caranya main kecapi yang enak bagi saya,” sebutnya.

Penyuka hobi traveling dan baca novel ini, tak menampik kalau kemampuannya tidak didapatkan begitu saja. Beberapa maestro senior telah berperan membuatnya lihai memetik musik dengan nada sederhana itu. Motivasi yang tinggi ditambah kemauan menjaga kesenian lokal menjadi semangatnya.

Menjadi peserta Ekspedisi Jalur Rempah (Foto : FB Tajriani Talib)

“Waktu ketemu Ammaq Satuni sama Ammaq Marayama beliau cerita kalau sudah tidak ada lagi yang belajar. Sekarang anak muda pelestarinya mulai tidak ada, daripada hilang di Mandar saya cobami belajar-belajar,” katanya.

Dengan penuh ketekunan Tajriani pun dapat memainkan musik kecapi dengan baik. Baginya meskipun dengan kemampuannya yang tidak lagi dikatakan sebagai pemain baru, bukan berarti alat musik kecapi tidak memiliki kesulitan tersendiri.

Ikut dalam Indonesia Wonderful Fetival di Thailand, bersama DISPOP Polewali Mandar (Foto : FB Tajriani Talib)

“Susah sebenarnya. Cuman saya masih tidak tahu caranya ‘bertutur’ dengan kondisi apapun yang ada di sekitarnya. Pakkacaping itu harus bisa langsung menyanyikan. Tapi sampai sekarang masih susah yang seperti itu. Terus bahasanya juga yang kita pakai bahasa dulu, hanya orang tua yang mengerti,” ujarnya.

Sebelumnya, anak pertama dari tujuh bersaudara pasangan Abd. Thalib dan Jumrah Badorrah ini, beberapa bulan lalu telah berhasil menyelesaikan studinya di salah satu perguruan tinggi terkemuka di Sulsel.

Tajriani Talib, dalam balutan pakaian Gadis Mandar (FB : Tajriani Talib)

Pascaselesai bulan Agustus 2017 lalu, sederet kegiatan ditingkat Sulbar bahkan mancanegara sudah Tajriani lalui bersama kelihaiannya bermain kecapi. Mulai dari mengikuti festival yang diselenggarakan di Thailand dan ikut diundang dalam kegiatan yang diselenggarakan KPU di Pilgub lalu.

Sebagai wanita yang memiliki kecintaan besar untuk melestarikan musik mandar, Tajriani berharap semakin banyak wanita yang tertarik untuk memainkan alat musik kecapi.

“Kalau bukan kita menjaga kebudayaan siap lagi, daripada punah, dan hilang,” lanjutnya.

Tajriani saat menjadi salah satu peserta pada International Confrence Psikologi Budaya (Foto : FB Tajriani Talib)

Ia pun mengutarakan keinginannya dalam meraih cita-cita ke depan. Selain mengajar di salah satu sekolah di daerahnya, dirinya juga akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi.

“Ingin mengajar di sekolah sambil kursus. Sama daftar beasiswa untuk S2. Cuman kalau di Indonesia harapannya di UGM karena di sanaji ada yang sama untuk jurusan Indigenous Psikologi,” ungkapnya.

Reporter: Ayub Kalapadang

Foto : FB Tajriani Talib