MANDARNESIA.COM, Majene – Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan (FPK) tahun 2024 mengajak siswa SMA Kabupaten Majene mengkaji dongeng dari lontara Mandar. Kegiatan ini dilaksanakan di t-Bink Kafe dan Pustaka Majene tanggal 12-14 Juli 2024.
Kegiatan ini bermaksud meningkatkan pemahaman siswa SLTA untuk memahami cara menulis, dan membaca aksara lontara melalui dongeng yang terdapat dalam lontar Pattappiang Pamboang.
Kegiatan yang didanai oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVIII menaungi Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengah ini dibuka oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Majene.
Dalam Arahannya, Drs. H. Ahmad Jamaan, M.Si menyampaikan bahwa pembelajaran seperti ini sangat bernilai dalam rangka menjaga tradisi dan kemajuan budaya Mandar.
“Belajar budaya Mandar setidaknya kita berusaha melestarikan bahasa Mandar dari kepunahan. Meski di manapun kita besar dan berdomisili, Bahasa Mandar jangan dilupakan,” sebut kepala dinas ini yang fasih berbahasa Jerman.
Hal senada juga disampaikan oleh perwakilan BPK Wilayah XVIII Nursiah dalam sambutannya bahwa kearifan lokal dalam bentuk cerita rakyat menyimpan banyak nilai dan pelajaran untuk pengembangan kebudayaan.
“Dalam lontar pun banyak kisah yang masih tenggelam perlu dikajikembangkan utamanya untuk pembelajaran pada generasi sekarang,” terang Nursiah.
Ia juga mengharapkan para siswa sebagai peserta ini mampu menggali potensi proses kreatif mereka dalam mendongeng dan mempererat jalinan silaturrahim antarpelajar.
Ahmad Akbar selaku penerima fasilitasi menyampaikan bahwa kegiatan yang mengangkat tema membangun karakter siswa melalui dongeng ini bertujuan mengkaji nilai dari dongeng yang terdapat dalam lontara Mandar.
“Kita ingin dalam diri genereasi Z sekarang ini ada keinginan dan rasa peduli pada tradisi kebudayaan Mandar. Meski hanya beberapa hari saja, tapi minimal mereka mencoba mengucapkan dan mempelajari bagaimana berbahasa Mandar yang baik,” jelas Ahmad Akbar.
Peserta diberikan materi cara menulis dan membaca aksara Lontara, olah tubuh dan olah rasa, teknik mendongeng serta di akhir kegiatan mereka unjuk keterampilan mendongeng.
“Melalui kegiatan ini saya merasa termotivasi untuk terus belajar berbahasa Mandar,” ungkap Aqilah Najmah siswa SMAN 3 Majene yang dibesarkan di Kalimantan.
Hal serupa juga disampaikan oleh Muh. Raditya siswa SMAN 1 Majene bahwa kegiatan ini harus terus dilakukan sehingga pemuda hari ini mampu menjaga identitas kebudayaan. (Rls/WM/*)