Pandangan senada dilontarkan Idris DP yag saat ini memangku jabatan sebagai Sekprov Sulbar.
“Hotel ini dahulu adalag hotel Raodah, tempat para penggagas perjuangan Sulbar membakar semangat awal bersulawesi barat. Bagi saya para pejuang tidak pernah ikut-ikutan. Sebab memang tidak seperti yang lain. Masa depan Sulbar harus selalu berkaitan dengan nilai kejuangan Sulbar. Kita sedang mencari orang seperti itu,” papar Idris saat didaulat berbicara.

Idris pun memberi garis bawah, Sulawesi Barat di masa datang mesti dikawal tokoh kunci perjuangan Sulbar yang tampil sebagai pemimpin. Agar pembangunan di daerah berada dalam ikatan dan kohesi yang sama.
“Tetapi kunci utama saat ini ada pada keputusan politik. Tantangan kita di Sulbar diantaranya investasi, jadi pekerjaan pejuang mesti memberi penjelasan ke bupati di kabupaten-kabupaten. Apakah Sulbar ini diperjuangkan sendiri-sendiri atau kolektif. Kita pun harus memiliki satu frekuensi, maka carilah bupati yang spirit dan kejuangannya tinggi bagi Sulbar.”
Idris telah mendampingi tiga gubernur. Sedang kesenjangan profil ASN dan jabatan di Sulbar hingga hari ini masih terlihat timpang, walaupun pemerintah provinsi selalu menggelar asesmen kepegawaian berkala.
Sebelum pertemuan ini berakhir Sabtu siang, saat diberi kesempatan memberi input atau pertanyaan, penulis ikut menyampaikan dukungan pada gagasan memperkuat kelembagaan eksponen kejuangan. Sebutlah sebuah Majelis Pejuang Sulbar yang kelak diharap memiliki wewenang untuk melindungi hak, dan penghormatan pada nilai-nilai perjuangan yang merepresentasi hakikat mengapa harus menjadi Sulawesi Barat.

Berikut beberapa detail yang ditulis moderator Abdul Rahim, penulis menyitatnya lebih ringkas:
“Jaga Sulbar ini dengan baik.” Kata Prof. Basri Hasanuddin.
“Sulbar ini bukan hanya konsep perjuangan tetapi sebuah aksi.” Sebut Anwar Adnan Saleh.
“Masih adakah pejuang Sulbar, itu sinisme yang ada di luar.” Imbuh Mujirin Yamin.
“Tanpa SDM handal Sulbar sulit maju.” Seloroh Jamil Barambangi.
“Siapa lagi Gubernur Sulbar berikutnya?” Tanya Hamzah Hapati Hasan.
“Sulbar membutuhkan transformasi kepemimpinan,” ringkas Ali Baal Masdar.
“Mereka yang pejuang Sulbar, adalah yang terpanggil, dan marah ketika Sulbar salah urus,” cetus Idris DP.
“Pertemuan seperti ini harus rutin, jangan nanti ada masalah baru kita rapat,” gugat Imran Kaljubi Keza.
“Relasi antara gubernur dan legislatif harus harmoni, karena perubahan dibuat dari pendekatan politik,” bilang Dr. Muhammad.

“Sulbar sudah diraih, perjuangan cita-citanya harus terus digelorakan,” seru Prof. Idham Khalid Bodi.
“SDM kita rendah dan kurang pas dengan jabatan, itu terjadi di masa awal Sulawesi Barat dan berlangsung beberapa tahun kemudian,” terang Ansar Hasanuddin.
“Pejuang Sulbar memerlukan kelembagaan setingkat Majelis yang di-Perda-kan agar memiliki wewenang lebih kuat,” tambah Adi Arwan Alimin.
“Dengan kondisi SDM Sulbar saat ini, kita harus terus memperkuatnya,” saran Muhammad Hamzih.
“Saya bukan pejuang, tetapi sangat mencintai pejuang,” timpal Mulyadi Saleh. (*)
Makassar, 27 April 2024