“Tetapi kita tetap harus menjaga kualitas dan integritas,” sebut Hamzah seraya mengulang ingatannya tentang teror mental yang setiap saat dikirim Naharuddin, Imran Kaljubi, Abdul Rahim dan kawan-kawan di Makassar. Di masa perjuangan Sulbar sebuah elemen anak muda bernama “Taji Barani” lahir sebagai entitas “pemukul’ yang efektif.
Sedang Jamil Barambangi mengulang narasi keresahannya mengenai eksistensi pejuang saat ini. “Sulbar dan para pejuang ke depan tidak boleh merasa kecewa. Tetapi jangan sampai OPD tidak lagi merasa terikat ke pejuang. Karena mereka tidak memiliki ikatan emosional. Ini tidak bisa saya bayangkan sebagai generasi kedua, lalu setelah generasi ini,” tutur Jamil yang ramai disebut bakal ikut kontestasi Pilkada Mamuju 2024.

Jamil di masa aktif sebagai ASN pemprov, pernah menduduki sejumlah jabatan strategis. “Sejak awal SDM telah kita siapkan dan fokus untuk mengawal sumber daya manusia. Namun ini harus dibarengi dengan kebijakan untuk memosisikan mereka secara efektif,” tambahnya.
Rembuk ini berlangsung di lantai 2 Novotel. Ada enam meja bundar yang dapat menampung delapan orang, sedang di depan backdrop acara terdapat 10 orang duduk menghadap ke peserta. Lantai berkarpet tebal itu disesaki pertanyaan dan rasa gundah menyimak perjalanan Sulawesi Barat yang memasuki usia 20 tahun.
Pertemuan ini diramaikan puluhan aktivis pejuang Sulbar, sebut saja diantaranya Muhammad Hamzih, Abdul Watif Waris, Mulyadi Prayitno, Imran Kaljubi Keza, Sabri Maulana, Muhsin Husain, dan M. Syuaib. “Ada 70 orang lebih yang hadir,” kata Sabri Maulana kepada penulis.
Rembuk ini mengalirkan satu gagasan penting yang sesungguhnya berulang. Mengenai urgensi kelembagaan eksponen pejuang Sulbar yang mesti segera diformalkan. Semacam forum kejuangan yang akan memberi efek maksimal dalam proses pembangunan Sulbar di masa depan.
Rahmat Hasanuddin mengatakan, “kita jangan bertepuk dada sebagai pejuang. Karena yang lebih penting untuk kita tunjukkan adalah ekspresi sebagai pejuang yang terus menjaga Sulawesi Barat ini.” Rahmat tidak berbicara begitu panjang, hanya beberapa kalimat namun bernas.
Mulyadi Prayitno yang hadir dan duduk semeja dengan Dekan Sospol Unsulbar Dr. Muhammad serta Ridwan Alimuddin sangat mengapresiasi pertemuan KPS. “Ini merupakan upaya mereaktualisasi pergerakan pemikiran secara substansial berdirinya Sulbar. Rembuk ini akan memberi inspirasi bagi generasi pelanjut di Sulbar agar senantiasa berada dalam nilai-nilai dan cita-cita perjuangan Sulbar,” sebut aktivis senior ini saat berbincang di sela acara.