Netizen : Salahuddin
Sejumlah rebana ditabuh puluhan santri dipintu gerbang masuk Pondok Pesantren Ihyaul ‘Ulum DDI Baruga, Majene pada Sabtu (7/9/2019) pagi. Mereka telah berjejer rapi mendampingi Ketua Dewan Pembina, KH. Nur Husain dan Pimpinan Pesantren KH. Ismail Nur sejak pagi untuk menjemput tamu dari Kedutaan Besar Jepang. Kedatangan perwakilan Kedubes Jepang Bidang Politik, Mr. Murata ke Pesantren yang terletak di tepian kota Majene itu tak sendiri. Kedatangannya juga didampingi dari Pusat Pengkajian Islam & Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Tasman.
Sehari sebelumnya, kedatangan keduanya dijemput langsung oleh KH. Ismail Nur bersama sejumlah guru pesantren di Bandar Udara Sultan Hasanuddin, Maros pada (6/9/2019) kemarin. Kemudian melanjutkan perjalanan via darat menuju kota Majene.
Dalam kunjungannya di Pondok Pesantren yang berjarak lima kilometer dari pusat kota Majene itu, Mr. Murata menyampaikan kedatangannya merupakan bagian dari jalinan kerjasama pemerintah Jepang dengan Indonesia melalui PPIM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu, kata dia, kedatangannya juga semoga menjadi angina segar bagi pengembangan lembaga pendidikan khususnya pesantren agar bisa lebih maju di masa depan.
“Semoga ini juga membuat seluruh perangkat pemerintahan baik dari pusat maupun daerah menjadikan Pondok Pesantren sebagai salah satu bagian dari lembaga pendidikan yang mendapat perhatian selayaknya lembaga pendidikan yang dibangun oleh negara,” katanya.
Sementara itu, ditempat yang sama, usai kunjungan Perwakilan Kedubes Jepang dan PPIM UIN itu, KH Ismail Nur saat dikonfirmasi menjelaskan detail kedatangan mereka. Selain untuk melakukan silaturrahmi juga dalam rangka melakukan kordinasi. Dalam hal ini terkait rencana pengutusan guru Pondok Pesantren mengikuti program Kunjungan Pengelola Pesantren ke lembaga-lembaga pendidikan dan berdiskusi dengan pemimpin sekolah di Jepang.
“Mereka melakukan visitasi terkait program kerjasama yang dilakukan oleh PPIM UIN dengan Pemerintah Jepang. Jadi mereka datang untuk memastikan kesiapan kami mengirim salah satu tenaga pendidik kami di sini. Kita terpilih untuk di Sulawesi Barat dari belasan peserta yang diberangkatkan nanti,” bebernya.
Lebih lanjut, KH. Ismail Nur ini menjelaskan, guru yang nanti dikirim ke Jepang akan bermukim selama dua belas hari. Sementara untuk memudahkan proses pemberangkatan, biaya akomodasi mereka, ditanggung oleh penyelenggara kegiatan. Dalam hal ini oleh Pemerintah Jepang dan PPIM UIN Jakarta.
“Mereka akan diberangkatkan di awal Desember nanti, tepatnya tanggal satu. Dan Alhamdulillah mereka diberangkatkan dengan biaya ditanggung oleh penyelenggara,” ujarnya.
Pria yang mengakhiri masa bhaktinya sebagai birokrat pada Pemerintah Daerah Kabupaten Majene ini menitipkan harapannya terhadap program ini. “Tentu setelah program ini selesai, kita berharap Pondok Pesantren ini kedepan pengembangannya lebih baik lagi. Sebab salah satu alasan kenapa kami diundang untuk datang ke Jepang, karena pihak penyelenggara program ini melihat ada tren dan grafik yang lajunya positif terhadap minat masyarakat secara khusus di Sulawesi Barat untuk memasukkan putra putri mereka menimba ilmu di lembaga pendidikan yang kami bina bersama-sama dengan pendahulu sejak puluhan tahun silam ini,” katanya.
Untuk diketahui, tahun ini melalui PPIM UIN Syarif Hidayatullah provinsi dan kota yang mendapat jatah pemberangkatan program tersebut total berjumlah tiga belas. Diantaranya dari Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Bengkulu, Bangka Belitung, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Maluku dan Papua.(***)