Mengungkap Pusat Peradaban Balanipa – Sendana – Bagian 15
(Penguatan Identitas, Kebhinnekaan dan Kemaritiman Mandar)
Reportase Muhammad Munir
Setelah melewati tahapan dan proses riset di wilayah Amara’diangan Balanipa selama beberapa hari, tim akhirnya menuju ke wilayah Kerajaan Sendana Kabupaten Majene.
Kabupaten Majene merupakan salah satu kabupaten dalam wilayah Provinsi Sulawesi Barat, letaknya di pesisir pantai. Terletak pada posisi 2 38’45” Lintang Selatan sampai dengan 3 38’15” Lintang Selatan (LS) dan 118 45’O0″ Bujur Timur sampai dengan 119 4’45” Bujur Timur. Kabupaten Majene terletak kurang lebih 120 km dari Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat, dan kurang lebih 343 km dari Kotamadya Makassar ibukota Provinsi Sulawesi Selatan.
Pemberangkatan tim dari Hotel Davina Majene ke Sendana dipandu oleh Fahmi Jadel. A’ba Tammalele berhalangan ikut ke Sendana karena satu dan lain hal. Penulis sendiri menyusul dan numpang di mobil Pak Supriadi dan Bu Hapni sekaligus mengantar menu makan siang para peneliti.
Kondisi Kota Majene saat berangkat ke Sendana sedang gerimis, sementara di Sendana curah hujan sudah mulai meninggi. Tambahan lagi material longsoran di Leppangan memaksa penegendara harus mengikuti jadwal buka tutup. Kondisi ini membuat agenda hari pertama menjadi tersendat. Parahnya, terjadi miskomunikasi antara rombongan kami dengan Fahmi.
Agenda yang sudah disusun sejak kemarin adalah Desa Putta’da atau Sa’adawang untuk hari pertama, selanjutnya Podang untuk hari kedua. Tapi kondisi hujan lebat dan keterlambatan yang diakibatkan oleh jadwal buka tutup menjadi pertimbangan Fahmi dan peneliti mengubah obyek penelitian beralih ke Podang.
Praktis, penulis bersama Pak Supriadi dan Bu Hapni begitu melewati jadwal buka tutup pada titik longsor di Leppangan langsung belok kanan di KM 33 menuju ke Desa Putta’da. Informasi terakhir dari Pak Asis mengatakan bahwa rombongannya sudah tiba di lokasi riset. Selang beberapa saat kemudian, sinyal Handphone-ku hilang. Celakanya, Pak Supriadi dan Hapni ternyata dua-duanya lupa bawa Hp dari rumah.
Pas tiba di Putta’da, A’ba Lele menelpon bahwa rombongan peneliti berada di Podang. Kami kembali putar haluan menuju Podang dan bergabung dengan tim peneliti sekitar pukul 13.00.
Podang saat ini masuk dalam wilayah administratif Desa Banua Sendana Kecamatan Sendana Kabupaten Majene. Rombongan berkumpul di Masjid Kerajaan Sendana di Podang untuk ishoma. Podang adalah pusat pemerintahan Kerjaan Sendan di pantai setelah berpindah dari Sa’adawang Buttu Suso Desa Putta’da.
Perpindahan pusat pemerintahan pada masa itu tidak hanya dilakukan oleh Sendana, tapi dilakukan oleh kerajaan-kerajaan lain yang ada di wilayah bagian barat Sulawesi seperti Balanipa yang berpindah dari Napo Tammajarra ke Tangnga-Tangnga, Kerajaan Pamboang dari Adolang ke Pamboang wilayah pantai.