Resensi Novel Perahu Kertas

Oleh: Indah, Mahasiswa Unasman

Judul buku: Perahu Kertas; Penulis: Dewi Lestari; Tebal buku: 444 Halaman; Penerbit: Bentang Pustaka; Tahun terbit: 2012

Novel yang berjudul perahu kertas karya dari Dewi Lestari. Ini menceritakan tentang  kisah seorang anak muda bernama Keenan. Ia seorang remaja yang baru saja menyelesaikan sekolah menengah atas-nya di Belanda, tepatnya di Amsterdam. Keenan menetap di Negara tersebut selama hampir 6 tahun lamanya, bersama sang nenek. Keenan terlahir dengan cita-cita menjadi pelukis. Namun, ia dipaksa untuk kembali ke Indonesia oleh sang Ayah. keluarganya tidak mendukung Keenan menjadi seorang pelukis. Ia pada akhirnya memulai perkuliahan di salah satu Universitas di Bandung. Ia mengalah dan akhirnya  memutuskan untuk belajar di Fakultas Ekonomi.

Kugy adalah gadis mungil dan berantakan yang suka berkhayal. Ia digambarkan dengan kepribadian yang riang dan ceria. Berbeda dengan Keenan yang cenderung dingin dan kaku. Kugy juga merupakan sosok yang antusias dan ramah. Kugy begitu menggilai dongeng dan kisah klasik. Sedari kecil ia bercita-cita menjadi seorang penulis dongeng.

Oleh sebagian orang, menganggap bahwa cita-cita Kugy ini agak aneh. Kugy menganggap bahwa dirinya agen Neptunus dan Ia selalu  menulis surat lalu melipatnya menjadi perahu kertas kemudian dialirkan ke sungai agar tersampaikan ke Neptunus. Kugy juga memiliki sejumlah koleksi buku dongeng, karena impian kugy begitu besar dia berharap Ia bisa mewujudkan cita-citanya yang di mana kugy ingin menjadi seorang perancang dongen maupun juru dongeng.

Namun di tengah impiannya yang menggebu, kenyataan memaksanya sadar bahwa penulis dongen bukan profesi yang banyak menghasilkan materi. Kugy dipaksa untuk menyimpan mimpinya. Meski demikian, tokoh Kugy ini tidak patah semangat. Ia mencintai dunia tulis-menulis. Hal ini yang membuat ia melanjutkan pendidikannya di Fakultas Sastra di salah satu Universitas di Bandung. Tempat kuliah yang sama dengan tokoh lainnya, yaitu Keenan. Dan kugy memiliki dua orang sahabat yang bernama Eko dan Noni yang di mana mereka adalah sepasang kekasih sekaligus sahabat Kugy.

Haripun tiba yang di mana pertemuan pertama kali antara Kugy dan Keenan terjadi saat Eko dan Noni mengajak Kugy untuk menjemput Keenan yang baru tiba di indonesia atau di Stasiun Bandung. Keenan adalah sesosok cowok cerdas, artistic, dan pelukis muda yang berbakat, tetapi Ayahnya bersikeras atau tidak menyetujui Keenan menjadi pelukis. Seiring berjalannya waktu, Keenan menjalin persahabatan bersama kugy, Eko dan Noni. Kugy dan Keenan menjadi begitu dekat dan sering bertemu hingga diam-diam mereka saling mengagumi. Kugy yang senang bercerita lewat dongeng merasa takjub bertemu dengan Keenan, seseorang yang mampu bercerita lewat gambar. Mereka diam-diam jatuh cinta dalam diam.

Namun, kondisi menuntut mereka untuk terus diam dan menebak. diamnya mereka terhadap perasaan masing-masing semakin menjadi dikarenakan Kugy telah memiliki pacar bernama Joshua atau Ojos (panggilan yang dengan semena-mena diciptakan oleh Kugy). Sementara itu, Keenan yang belum memiliki pasangan, hendak dijodohkan dengan tokoh bernama Wanda. Hal itu membuat Kugy begitu sakit hati, Wanda sendiri adalah seorang Kurator hal ini yang membuat Eko juga Noni bersemangat mendekatkannya dengan Keenan yang jago melukis.

Hari berlalu bulan berlalu persahabatan empat sekawan itu mulai merenggang. Kugy lantas menenggelamkan dirinya dalam kesibukan baru, yakni menjadi guru relawan di sekolah darurat bernama Sakola Alit. Di sanalah ia bertemu dengan Pilik, muridnya yang paling nakal. Pilik dan kawan-kawan berhasil ia taklukkan dengan cara menuliskan dongeng tentang kisah petualangan mereka sendiri, yang diberinya judul : “Jenderal Pilik dan Pasukan Alit”. Kugy menulis kisah tentang murid-muridnya itu hampir setiap hari dalam sebuah buku tulis, yang kelak ia akan berikan pada Keenan.

Beberapa bulan kemudian kedekatan Keenan dengan Wanda yang awalnya mulus pun mulai berubah, Keenan disadarkan dengan cara yang mengejutkan bahwa impian yang selama ini ia bangun harus kandas dalam semalam dengan kekecewaan dan hati yang hancur, Keenan meninggalkan kehidupannya di Bandung dan juga keluarganya di Jakarta. Ia lalu pergi ke Ubud, tinggal di rumah sahabat ibunya, Pak Wayan. Masa-masa bersama keluarga Pak Wayan, yang semuanya merupakan seniman-seniman sohor di Bali mulai mengobati luka hati Keenan pelan-pelan. Sosok yang paling berpengaruh dalam penyembuhannya adalah Luhde Laksmi, keponakan Pak Wayan. Keenan mulai bisa melukis lagi berbekalkan kisah-kisah “Jenderal Pilik dan Pasukan Alit” yang diberikan Kugy padanya, Keenan menciptakan lukisan serial yang menjadi terkenal dan diburu para kolektor.

Kugy, yang juga sangat merasa kehilangan sahabat-sahabatnya dan mulai kesepian di Bandung, Kugy menata ulang hidupnya. Ia lulus kuliah secepat mungkin dan langsung bekerja di sebuah biro iklan di Jakarta sebagai copywriter. Di sana, ia bertemu dengan Remigius, atasannya sekaligus sahabat abangnya. Kugy meniti karier dengan cara tak terduga-duga. Pemikirannya yang ajaib dan serba spontan membuat ia melejit menjadi orang yang diperhitungkan di kantor itu. Namun Remi melihat sesuatu yang lain. Ia menyukai Kugy bukan hanya karena ide-idenya, tapi juga semangat dan kualitas unik yang senantiasa terpancar dari Kugy dan akhirnya Remi harus mengakui bahwa ia mulai jatuh hati sebaliknya, ketulusan Remi juga akhirnya meluluhkan hati Kugy. Hari-haripun berlalu  Sayangnya, Keenan tidak bisa selamanya tinggal di Bali Karena kondisi kesehatan ayahnya yang memburuk, Keenan terpaksa kembali ke Jakarta menjalankan perusahaan keluarganya karena tidak punya pilihan lain.

Akhirnya pertemuan antara Kugy dan Keenan tidak terelakan. Bahkan empat sekawan ini bertemu lagi Semuanya dengan kondisi yang sudah berbeda dan kembali, hati mereka diuji Kisah cinta dan persahabatan selama lima tahun ini pun berakhir dengan kejutan bagi semuanya. Akhirnya setiap hati hanya bisa kembali pasrah dalam aliran cinta yang mengalir entah ke mana Seperti perahu kertas yang dihanyutkan di parit, di empang, di kali, di sungai, tapi selalu bermuara di tempat yang sama. Meski kadang pahit, sakit, dan meragu, tapi hati sesungguhnya selalu tahu. Diwarnai pergelutan idealisme, persahabatan, tawa, tangis, dan cinta, “Perahu Kertas” tak lain adalah kisah perjalanan hati yang kembali pulang menemukan rumahnya.

Sumber Gambar: Tokopedia