Praktik Baik dari TOT Pusdiklatnas Cibubur

Faktor terakhir ini yang seringkali amat dilematis, sebab banyak diantara yang baru mengenal dunia kepramukaan, namun saat lepas kursus dasar mereka seperti lost, hilang dalam list, menguap begitu saja. Karena tidak mendapat bimbingan atau pendampingan berkelanjutan.

Saat sesi sharing kemarin, setiap pembicara dibatasi 10 menit untuk mengemukakan gagasan. Jadi tidak cukup ruang untuk mendarasnya lebih luas. Semoga catatan ini dapat mewakili pikiran itu. Bahwa kita memerlukan metode yang lebih personal agar dapat lebih memahami kebutuhan dan kondisi masing-masing Pembina.

Bahwa idealnya dalam setiap proses pelatihan yang melibatkan para pelatih terus mengikuti alumni KMD hingga melewati masa pengembangan dan mencapai KML. Bertanggung jawab untuk memastikan lulusan KMD siap menuju KML, atau alumni KML layak menuju tahap KPD. Serta melakukan evaluasi terhadap perkembangan dampingan secara berkala. Posisi ini disebut sebagai mentorship.

Hal kedua yang dapat dilakukan, yakni Peer Suport Group, yakni dukungan sesama Pembina untuk berbagi pengalaman dan solusi. Dua hal mendasar itu akan menyembulkan kolaborasi jaringan Pelatih-Pembina yang lebih kuat.

Pendekatan ini dapat diperkuat dengan mengoptimalkan grup komunitas yang ada saat ini. Kita dapat langsung melakukan dukungan pada setiap Pembina yang menyampaikan kendala dengan jalan mengaktiviasi Peldam sebelumnya, dan kekuatan jaringan alumni kursus yang memiliki keragaman kompetensi dan kecakapan.

Di Sulawesi Barat kita sedang melakukan pendekatan atau strategi berkelanjutan ini, hasilnya tentu baru akan terlihat paling tidak dalam beberapa semester mendatang. Pendekatan yang mesti dilakukan karena menilai masalah ini dari dekat yang memerlukan alternatif solusi.

Itu sebabnya, dalam setiap kursus yang digelar di daerah, penulis selalu menekankan urgennya asesmen peserta. Agar kita dapat menyusun materi, menyesuaikan kurikulum atau segmentasi, menetapkan tantangan, dan menyiapkan dukungan yang diperlukan serta mampu menilai setiap kemajuan peserta. Kendala keberlanjutan itu sebenarnya berpangkal di sini.

ToT Pusdiklatnas 2024 merupakan pengalaman pertama saya mengikuti peningkatan wawasan dan kompetensi sebagai Kepala Pusdiklatda Sulawesi Barat. Berbagai diskusi yang intens bersama Kapusdiklatda se-Indonesia begitu mengayakan. Kami terus membincang gagasan yang berjuntai obsesi masa depan. Zaman yang terus bergerak mendesak proses diklat lebih adaptif.

Bersama para punggawa di Pusdiklatnas, “banyak hal yang menjadi pekerjaan selanjutnya bagi peningkatan kualitas Pembina Pramuka di Indonesia,” ujar Muhammad Laiyin Waka Pusdiklatnas yang menjadi leader ToT ini.

Luasnya pandangan, binekanya wawasan, serta saratnya pengalaman dari setiap daerah membuat setiap percakapan bernas dan kental. Dari tapak Cibubur kami tetap mendaras komitmen: Ikhlas Bakti Bina Bangsa Ber Budi Bawa Laksana.

Kencono Wungu, 29 Juli 2024