Praktik Baik dari TOT Pusdiklatnas Cibubur

Oleh: Adi Arwan Alimin

GRAHA Wisata Cibubur masih lengang ketika penulis tiba di sana, Jumat (26/7). Area seluas 210 hektar yang berada di tepi Jakarta Timur ini akan menampung 87 peserta Training of Trainer (ToT) 34 kwartir daerah se-Indonesia.

Tak seperti bila agenda peserta didik yang dihadiri belasan ribu orang, kali ini sekitar danau itu suasananya lebih senyap. Pepohonan rimbun, kesiur angin, dan pohon menjulang seolah menjadi penunggu setia sepanjang hari.

Dahulu saat datang pertama kali, saat Jamnas 1996, suasana nyaris tak berubah. Petak perkemahan yang sebelumnya merupakan kebun karet di masa Ibu Tien Soeharto, masih sama. Kecuali beberapa bangunan relatif baru, aktivitas warga berolahraga, dan kesibukan rumah produksi yang sibuk membuat film atau sinetron.

“Bikin film mas,” sapa seorang perempuan setengah baya saat berpapasan di depan kantor pengelola buperta.

“Nggak, lagi ada kegiatan di Graha.” Apakah orang itu mengira artis, pikirku.

Hari itu penulis berjalan kaki dari pintu gerbang menuju Wisma Kencono Ungu tempat peserta putra diinapkan. Tak heran bila mendapat sapaan seperti itu, maklum buperta Cibubur memang selalu diramaikan pesohor. Dua hari sebelumnya, penulis datang dan bermalam di wisma Pusdiklatnas bersama Andi Fahry Makkasau, Andalan Binawasa Kwartir Nasional.

***

Jumat sore, Sekjen Kwartir Nasional Mayor Jenderal (Purn) Bachtiar Utomo membuka acara ToT Pusdiklatnas 2024. Sekjen Gerakan Pramukan Indonesia ini lebih banyak mengupas mengenai kebijakan umum Kwarnas masa bakti 2023-2028. Lebih khusus mengenai sikap mental Pelatih Pembina Pramuka yang disebutnya memiliki kewajiban moral sangat tinggi.

“Posisi Pembina itu sudah sangat tinggi, apalagi kakak-kakak semua yang disebut sebagai Pelatih Pembina. Itu luar biasa banget…” sebut mantan Panglima Kodan XIV Wirabuana ini menyinggung kebijakan pembinaan anggota dewasa Gerakan Pramuka.

ToT dengan 32 Jam pertemuan ini antara lain diisi materi Proyeksi Program Pusdiklatnas 2024-2028 yang disampaikan langsung Kepala Pusdiklatnas Kakak Yana Suptiana, M. Pd. Di sesi lain juga dipaparkan rencana penerapan Sistem E-Diklat yang akan mengintegrasikan seluruh kebijakan dan agenda diklat Gerakan Pramuka di Indonesia.

ToT ini disertai jadwal lokakarya diklat yang membahas setidaknya delapan draf kebijakan atau revisi mengenai bahan serahan Kursus Pembina Mahir Tingkat Dasar, KML, KPD, KPL, Pendidikan dan Pelatihan Instruktur Muda, Implementasi pendidikan kepramukaan dan kurikulum merdeka, serta akreditasi pusdiklat.

Penulis yang bergabung di Kelompok 7 ToT 2024 mendapat amanah untuk membahas penyusunan Kode Etik atau Pedoman Perilaku pendidik dalam Gerakan Pendidikan Kepramukaan. Anggota grup ini masing-masing: Lilik Dyah Wulandari, Rio Ashadi, Eni Arumita Sari, Jeanne Rotinsulu, Ratnawati, Muhammad Haris, Prayoga Ontowiryo, Agus Achmad Rufai, Suminarto. Fasilitatornya Dr. Bainah Sari Dewi.

Dalam kesempatan ToT 2024 penulis ikut mengisi sesi Sharing Session Best Practice yang digelar pada hari kedua tanggal 27 Juli siang. Menurut penulis, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk tetap menjaga kesinambungan, dan girah para alumni KMD-KML di daerah, yakni melalui pola pendampingan berkelanjutan. Berupa Mentorship and Peer Support.

Meskipun setiap usai KMD atau KML selalu disertai Rencana Tindak Lanjut (RTL), dan target penyelesaian Narakarya atau Naratama, rupanya itu tidak cukup. Narakarya dan Naratama merupakan proses yang harus diselesaikan sehingga yang bersangkutan berhak mendapat Surat Hak Bina (SHB) dan atau Surat Hak Latih (SHL).

Di lapangan kita dapat menemukan realita tanpa pendampingan berkelanjutan tahapan narakarya bagi alumni KMD seperti proses menggantang asap. Masalah ini mengemuka karena beberapa alasan, diantaranya tidak semua peserta KMD yang kelak akan menjadi Pembina di satuan itu datang dari lajur peserta didik. Sebagian peserta KMD bahkan tidak pernah mengenal dunia kepramukaan sebelumnya, atau hadir sebagai peserta karena surat tugas dari Mabigusnya.