Pertama, kedua orang tua atau dalam hal ini pengasuh kita sejak kecil menjadi penentu paling penting bagi pertumbuhan cara berpikir kita. Seorang anak, layaknya duplikat kedua orang tuanya, selain menurunkan genetika secara biologi juga mengajarkan pola-pola beraktivitas, merespon dan memberikan stimulus yang lebih jauh akan membentuk kepribadian si anak.
Jika yang dicontohkan ke anak adalah kepedulian, kasih sayang dan memberikan kebebasan bertanggung jawab kepada anak, maka anak tersebut akan tumbuh menjadi pribadi yang positif. Begitupun sebaliknya. Cara-cara mendidik ini akan menjadi pola-pola kebiasaan yang membentuk pikiran dan kepribadian.
Kedua, lingkungan tempat beraktivitas ikut mempengaruhi proses pembentukan pikiran kita. Teman bergaul, lingkungan kantor, aktivitas komunitas, kegiatan sosial dan kegiatan keagamaan sangat berpengaruh pada proses pembentukan pikiran kita. Jika kita mampu menemukan input yang positif maka itu akan berdampak baik, jika sebaliknya maka akan berdampak buruk.
Teman bergaul yang sering kita ajak ngobrol untuk melakukan deep talk sangat berpengaruh pada cara berpikir kita, bahkan 5 orang yang sering berinteraksi dengan kita akan kita adopsi secara tidak langsung cara berpikirnya. Begitupun teman kantor yang hampir 40 jam dalam seminggu beraktivitas dengan kita. Maka membatasi diri dengan orang yang kita anggap sebagai toxic people sangat penting. Apalagi kita tipe orang yang mudah terpengaruh.
Aktivitas komunitas yang membangun misalnya mengajak kita untuk membaca buku itu sangat penting. Informasi adalah salah satu makanan otak. Informasi yang baik serta sistematis hanya ada dalam buku, bukan pada status facebook atau insta story instagram. Jangan pernah percaya pada informasi sepenggal yang ada pada media sosial. Jadilah skeptis. Membaca buku lebih baik dalam membantu kita membentuk pikiran yang lebih elastis, berkembang dan sehat.
Ritual agama penting di zaman yang serba cepat ini. Ibadah memberikan kita waktu untuk memperlambat ritme kehidupan, membuat kita kembali rileks dan berhubungan kembali dengan fitrah ke-Tuhan-an kita. Aktivitas ini bermanfaat sekali pada pikiran kita agar sumber pikirankita , bukan hanya perkara dunia yang hanya sementara.
Ketiga, media sosial. Media sosial alias medsos menempati urutan teratas penggunaan internet. Bukan hanya di Indonesia, melainkan seluruh dunia. Yang termasuk dalam aplikasi medsos ini adalah Facebook, Instagram, dan Twitter. Ada pula yang menambahkan aplikasi chatting seperti WhatsApp, Line dan FB Messenger, ke dalam kelompok aplikasi medsos.
Angka penggunanya diseluruh dunia lebih dari 76 persen terhadap pengunaan total internet. Yakni sebanyak 2,9 miliar orang dibandingkan pengguna internet dunia yang berjumlah 3,8 miliar orang. Dan menariknya, sekitar 2,7 miliar diantaranya mengakses medsos dengan menggunakan smartphone. Hal ini dijelaskan dalam buku yang berjudul Islam Digital; Smart Thinking & Anti Hoax yang ditulis oleh Agus Mustafa.
Medsos adalah salah satu media komunikasi yang seharusnya mendekatkan orang yang jauh, bukan malah menjauhkan orang yang dekat karena sibuk mengotak-atik hape. Pasti kita ketahui bersama bahwa informasi berupa gambar, kata-kata dan suara yang kita konsumsi melalui medsos akan mempengaruhi pikiran kita. Medsos menjadi sumber pikiran orang-orang yang mengkonsumsinya.