Belajar Berbasis Cara Kerja Otak (1)

Oleh: Fiqram Iqra Pradana (CEO Manabrain Institute)

Siapa disini yang masih belajar dengan sistem kebut semalam? atau menyelesaikan tugas diwaktu akhir? Anda dan saya pasti pernah mengalami, kita sangat termotivasi untuk menyelesaikan ketika waktu tugas atau pekerjaan sudah hampir habis.

Seakan-akan muncul daya fokus tingkat tinggi dan tambahan kekuatan untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan tersebut. Apakah cara tersebut baik untuk kita? Jawabannya macam-macam dan ini sangat subjektif. Ada juga yang merasa nyaman saja dan tetap melakukannya.

Ada juga yang merasa baik di awal, tapi ternyata mengalami gangguan kesehatan beberapa jam kemudian karena waktu tidur yang digunakan untuk mengejar penyelesaian tugas. Namun saya tidak mau membahas sisi kesehatan itu, saya mau bahas alasan mengapa diwaktu kepepet itu, terdapat tambahan energi dan fokus.

Sebenarnya apa yang terjadi di otak dan bagaimana sih cara belajar berbasiskan cara kerja otak biar efektif?

Belajar sistem kebut semalam (SKS) biasanya melibatkan upaya mempelajari banyak materi dalam waktu yang sangat singkat, sering kali menjelang ujian. Dalam kondisi ini, otak dan tubuh bereaksi dengan cara yang unik.

Ketika kamu tertekan atau menghadapi situasi mendesak, tubuhmu melepaskan hormon stres seperti adrenalin dan kortisol. Hormon-hormon ini meningkatkan detak jantung, tekanan darah, dan aliran darah ke otak, yang dapat meningkatkan kewaspadaan dan fokus. Inilah sebabnya mengapa kamu mungkin merasa memiliki energi tambahan dan mampu berkonsentrasi lebih lama.

Saat belajar dengan intensitas tinggi atau dalam keadaan tertekan, otak juga dapat meningkatkan pelepasan dopamin, neurotransmitter yang terlibat dalam motivasi dan reward (hadiah). Ini bisa membantu kamu merasa lebih termotivasi dan fokus saat belajar.

Prefrontal cortex, bagian otak yang terlibat dalam perencanaan, pengambilan keputusan, dan kontrol perhatian, bekerja lebih keras saat kamu belajar dengan intensitas tinggi. Sistem limbik, yang terkait dengan emosi dan respons stres, juga lebih aktif, membantu kamu untuk tetap terjaga dan waspada.

Otak juga mengonsumsi banyak glukosa (sumber energi utama) saat bekerja keras, seperti ketika kamu belajar dengan intens. Ini bisa menyebabkan kamu merasa lapar atau membutuhkan makanan manis.

Namun, penting untuk diingat bahwa meskipun belajar dengan cara ini mungkin terasa efektif untuk jangka pendek, biasanya ini tidak menghasilkan retensi jangka panjang yang baik. Otak memerlukan waktu untuk memproses, menyusun, dan menyimpan informasi dengan baik, yang lebih efektif dilakukan melalui pembelajaran bertahap dan tidur yang cukup.

Lantas bagaimana seharusnya cara belajar yang berbasis cara kerja otak. Agar kita dapat efektif dalam belajar. Nah, didalam buku yang ditulis oleh Jalaluddin Rakhmat berjudul ‘Belajar Cerdas Belajar Berbasiskan Otak’ dipaparkan dalam 4 bab pemabahasan bukunya yang intinya adalah kita harus mengenal otak kita, makanan otak (cerdas dengan makanan), hubungan otak dan gerakan (cerdas dengan gerakan) dan latihan otak (cerdas dengan pengayaan).

Otak adalah salah satu keajaiban dunia. Dari berbagai fungsinya yang telah menciptakan peradaban ternyata pemanfaatan kecerdasan otak masih belum maksimal bahkan masih ada mitos-mitos tentang otak yang bertahan di masyarakat.

Pertama, menganggap bahwa kecerdasan adalah turunan dari orang tua (genetik). Artinya kecerdasan seseorang ditentukan dari seberapa cerdas orang tuanya padahal kecerdasan itu ditentukan dari banyaknya koneksi antar neuron karena proses pengayaan dan pengaruh lingkungan.

Kedua, Usia merusak otak. Padahal berdasarkan penelitian para ahli, yang menyebabkan rusaknya otak adalah radikal bebas dan ketiadaan rangsangan secara berkala (tidak pernah dioptimalkan dengan proses belajar sepanjang waktu). Otak bekerja berdasarkan prinsip ‘Use itu or lose it’. Otak seperti otot, semakin dilatih maka semakin berkembang.

Cerdas dengan Makanan

Semua makanan yang baik buat otak itu kita sebut “brain booster”, pengungkit otak. Semua makanan yang merusak otak kita sebut “brain buster”, penghancur otak. Sebelum masuk ke jenis makanan yang dimaksud dan membicarakan pengaruh makanan pada otak, mari kita berkenalan dulu dengan neurotransmitter dan peranannya dalam faal sel-sel otak.

Aktor yang paling berperan dalam “film” otak yakni, neuron. Satu neuron, besarnya satu per seratus ukuran titik di ujung kalimat memiliki puluhan ribu cabang di ujungnya. Cabang-cabang itu disebut dendrite (bahasa Yunani, “pohon”). Dendrit menerima impuls listrik dari neuron yang lain dan mengirimkannya melalui serat panjang yang disebut akson.

Akson dikelilingi oleh mielin. Mielin meningkatkan kecepatan transmisi impuls dan mengalirkan impuls listrik dari badan sel ke ujung akson. Pada ujung akson yang membentuk sinapsis, impuls itu berhenti. Pekerjaan selesai. Pekerjaan selanjutnya dilakukan oleh molekul kimia yang meloncat menyeberangi celah sinapsis untuk diterima oleh penerima khusus pada neuron berikutnya. Molekul-molekul kimia itu disebut neurotransmitter.

Neurotransmitter yang menyampaikan pikiran dan perasaan kita ke seluruh jaringan saraf, mengubah-ubah kita setiap mikrodetik. Inilah esensi memori, kecerdasan, kreativitas, dan mood. Neurotransmiter memiliki jenis dan fungsi yang berbeda, contohnya norepinephrin (noradrenalin) berfungsi sebagai printer yang merekam informasi dalam memori jangka panjang dan membantu mengembangkan sinapsis baru yang berhubungan dengan memori, Endorphin berfungsi sebagai penenang dan penghilang rasa, Serotonin berfungsi memberikan efek rileks dan tenang, dll

Serotonin seperti yang disebutkan diatas adalah salah satu jenis neurotransmiter yang mengatur kerja otak. Jika serotonin di otak Anda menurun, Anda akan mengalami depresi. Agar Anda riang kembali, tingkatkan serotonin Anda. Caranya: makan makanan yang meningkatkan serotonin seperti cokelat, minyak ikan, vitamin B6, disamping berolahraga dan latihan-latihan fisik lainnya.

……….(Bersambung)