Oleh: Fiqram Iqra Pradana (CEO Manabrain Institute)
Setiap kita pasti pernah berpikir. Entah secara tidak ‘sengaja’ memikirkan mantan pacar karena melihat postingannya di Instagram atau memikirkan gebetan bagi mereka yang sedang jatuh cinta dan yang paling sering memikirkan tentang masa depan. Terakhir, paling dominan terjadi pada mereka yang berada pada fase Quarter Life Crisis atau peralihan fase remaja menuju fase dewasa.
Berpikir terlalu banyak tentang masa dapan ternyata sangat menyita energi fisik maupun mental. Pertanyaannya kemudian, pentingkah kita menghabiskan energi besar pada pikiran yang belum kita alami? Sedangkan apa yang sedang kita alami, tidak kita lalui secara sadar. Adilkah kita pada diri kita jika seperti itu? Atau malah semua yang kita lakukan, ternyata kita tidak sadari?
Menurut Caroline Reynolds pada bukunya yang berjudul Kesehatan Spiritual; 7 Langkah Mencapai Kesehatan dan Kebermaknaan Spiritual dalam Kehidupan Sehari-hari disebutkan bahwa kita memiliki kira-kira 60.000 pikiran setiap harinya, sebagian besar terulang dari pikiran dan opini lalu – dari kita atau orang lain.
“Ketika kau menjadi satu-satunya orang yang benar-benar mendengar, melihat, dan merasakan kekacauan, pikiran kacau yang tidak rasional, 365 hari dalam satu tahun, 24 jam sehari, 60 menit per jam, dan 60 detik per menit, kau kemudian menggunakan sebagian besar waktumu, dengan sugesti yang diyakini, dari pikiran-pikiran yang bersifat ‘mengulang’. Hal ini juga berarti bahwa setiap pengalaman baru yang kau miliki, diuji dengan keyakinan bahwa kau didasari oleh pengalaman-pengalaman masa lalu”.
Pernyataan di atas memberikan fakta bahwa memang selama ini kita tidak sepenuhnya menggunakan pikiran kita secara terkendali. Semua yang kita lakukan hanya respon spontan dari stimulus dan dikte yang diberikan lingkungan. Padahal kita sadari bersama bahwa melalui jalan berpikir, perubahan nasib bisa dilakukan. Bukankah berpikir itu gratis untuk dilakukan? Mengapa tidak kita gunakan pada hal-hal yang membangun dan positif?
Ingin Mengubah Hidup? Ubah Pikiran!
Menurut filsuf, manusia dikatakan sebagai hewan yang berpikir. Yah berpikir. Berpikir adalah hal yang paling mencolok yang membedakan antara manusia. Setiap orang akan memiliki satu pikiran yang berbeda-beda dan pikiran ini yang akan membedakan kualitas setiap manusia.
Menurut Shiv Khera, pikiran menentukan tindakan, tindakan menentukan kebiasaan, kebiasaan menentukan karakter dan karakter menentukan nasib. Jadi jika ingin mengubah nasib maka ubahlah pikiran kita.
Pikiran menjadi landasan penting untuk mengubah hidup. Biasa disebut sebagai mind set. Para motivator biasanya fokus pada perubahan mind set untuk mengubah orang lain. Namun terkadang, ada juga motivator yang hanya fokus pada permainan emosi seperti penggunaan media video dan musik, penekanan suara dan jeda suara bahkan mimik muka juga diatur. Namun menurut saya, permainan emosi itu ada pentingnya juga agar tujuan kita mudah kita capai dalam memberikan motivasi. Motivasi yang baik adalah motivasi yang mengubah pikiran. Permainan emosi hanya digunakan untuk mengantar kepada tujuan pemberian motivasi itu.
Mind set atau mental ini sangat menetukan apa yang kita lakukan dalam aktivitas kita sehari-hari dan terutama akan membentuk pola pikir kita. Secara sederhana pola pikir kita terbagi menjadi pola pikir earth level dan soul level. Pola pikir earth level adalah pola pikir yang masih terpaku pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan primer untuk bertahan hidup seperti makan, seks, istirahat, rasa aman dan nyaman sedangkan pola pikir soul level adalah pola pikir yang berpatokan pada makna hidup, altruisme, aktualisasi diri dan spiritualitas.
Pola pikir earth level tidak boleh mendominasi pikiran kita dalam 24 jam itu. Luangkan waktu untuk menggunakan pola pikir soul level agar diri bisa makin berhubungan dengan diri kita sendiri, lebih melihat kedalam diri. Hal ini akan membantu kita untuk mengenal diri kita sendiri.
Paling sederhana yang bisa kita lakukan untuk mengubah hidup adalah memudahkan berpikir. Merdeka dalam berpikir. Jangan sampai baru dalam pikiran, kita sudah merasa susah padahal berpikir itu gratis. Kita harus menang dalam berpikir kemudian dengan mudah dan mengalir menjalani aktivitas atau tujuan yang menjadi target kita. Berpikir mudah, praktek mengalir dan fokus pada tujuan. Itu rahasia sukses mereka kok yang kita sering nonton channel youtubenya atau sering kita lihat karya bukunya terpajang di toko buku. Sesederhana itu. Tapi pertanyaannya, kalau Anda kapan mulainya?
Source of Mind (Sumber Pikiran)
Jika kita luangkan waktu sejenak untuk berpikir mengenai sumber pikiran kita saat ini, maka kita akan menemukan beberapa jawaban diantaranya melalui orang tua (pengasuh), lingkungan tempat beraktivitas dan media sosial. Tiga sumber pikiran itu akan menentukan kebiasaan kita.