Pernikahan Dini Picu Angka Kematian Bayi

Pernikahan Dini Picu Angka Kematian Bayi -
Foto: Awal Bambalamotu

MAMUJU-Sulawesi Barat menjadi provinsi dengan Angka Kematian Bayi (AKB) terbanyak di Indonesia selama 2016. Publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Indikator pembangunan berkelanjutan 2016 mencatat terjadi 50 kematian bayi dalam 1.000 kelahiran hidup.

Hal itu dikatakan Direktur Lembaga Masagena Sulbar, Awaluddin melalui sambungan telepon, Rabu (12/7/2017). Selanjutnya kata Awaluddin, Papua berada diurutan kedua dengan 46 kematian bayi, dan Papua Barat dengan angka 45 kematian. Dalam publikasi ini disebutkan penyebab kematian bayi antara lain pneumonia, diare, malaria, campak, hingga kurang gizi.

BPS mencatat berdasarkan data proyeksi penduduk Indonesia selama lima tahun terakhir (2012-2016) AKB nasional selalu mengalami penurunan. Pada 2012 AKB Indonesia tercatat 28 per 1.000 kelahiran hidup, kemudian pada 2016 turun menjadi 26 kematian bayi dalam 1.000 kelahiran hidup.

[perfectpullquote align=”full” cite=”” link=”” color=”” class=”” size=””] “Angka itu juga jauh lebih kecil dibanding AKB 1990 yang mencatat terjadi 84 kematian per 1.000 kelahiran. Atas keberhasilan itu Indonesia masuk ke dalam jajaran negara berpendapatan rendah dan menengah yang berhasil menurunkan angka kematian bayi di bawah lima tahun, hingga dua pertiganya,”jelas Awaluddin.   [/perfectpullquote]

Menurut Awaluddin, salah satu faktor penyebab tingginya ABK di Sulbar dampak dari pernikahan usia dini.

“Pernikahan dini itu menjadikan anak-anak itu terekploitasi baik secara biologis maupun secara psikologis. Kemarin itu, kita melakukan penelitian yang dilakukan salah satu peneliti dari Unicef. Kami yang mendapingi selama satu minggu di Sampaga dan Tommo, memang imbas dampak pernikahan dini memang mematikan kreativitas anak-anak yang masih mau bermain. Termasuk menjadikan anak-anak itu putus sekolah,” ungkapnya.

Bahkan sambung Awaluddin, ternyata Mamuju termasuk bagian yang tertinggi angka kematian ibu dan anak.

“Saya kira, pernikahan dini itu sesuatu yang harus dicegah. Kami terus mensosialisasikan bahwa sekolah itu sangat penting. Persoalan ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, tapi tanggung jawa kita semua. Mulai dari tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pendidikan, penyuluh, dan orangtua,” bebernya. (*)

#BusriadiBustamin