Oleh: Fiqram Iqra Pradana (CEO Manabrain Institute)
Beberapa hari yang lalu saya diminta untuk menjadi narasumber pada webinar online yang diadakan oleh Perhimpunan Pelajar Sumatra Utara yang bekerja sama dengan Ruang Psikologi tentang Pernikahan Dini dalam Perspektif Neuropsikologi. Saya membahasnya secara santai dan sedekat mungkin dengan contoh keseharian mereka, karena pesertanya kebanyakan adalah pelajar
Namun tak dinyana, pertanyaan yang keluar dari para peserta ini luar biasa. Kami sempat diskusi tentang penyebab terjadinya pernikahan dini ini, termasuk bagaimana dengan yang hamil duluan sebelum usia nikah yang diatur, dan apa yang bisa kita lakukan untuk mencegahnya.
Maka saya bilang, kalau mau tuntas bukan hanya edukasi ke anaknya (pelajar) tapi terutama ke orang tuanya juga. Panjang lebar kami diskusi sekitar 45 menit dengan seru.
Pernikahan dini, atau pernikahan yang dilakukan sebelum individu mencapai usia dewasa, telah menjadi isu yang kontroversial di banyak negara, termasuk Indonesia. Dari sudut pandang hukum, agama, dan budaya, pernikahan dini sering kali dipandang sebagai solusi untuk berbagai masalah sosial dan ekonomi.
Namun, dari perspektif neuropsikologi, pernikahan dini dapat berdampak negatif pada perkembangan otak dan kesejahteraan psikologis individu yang terlibat. Artikel ini akan membahas pernikahan dini melalui tiga aspek utama: kendali diri, kendali emosi, dan kendali finansial.
Kendali Diri
Kendali diri adalah kemampuan untuk mengatur dan mengarahkan perilaku seseorang sesuai dengan tujuan jangka panjang, bukan berdasarkan impuls atau dorongan sesaat.
Dalam konteks neuropsikologi, kendali diri terkait erat dengan fungsi lobus frontal otak, khususnya prefrontal cortex. Prefrontal cortex adalah bagian dari otak yang bertanggung jawab atas perencanaan, pengambilan keputusan, dan pengaturan perilaku sosial.
Pada remaja, prefrontal cortex masih dalam tahap perkembangan dan baru akan mencapai kematangan penuh pada usia pertengahan dua puluhan. Hal ini berarti bahwa individu yang menikah pada usia dini cenderung memiliki kendali diri yang belum matang sepenuhnya.
Akibatnya, mereka mungkin kesulitan dalam mengambil keputusan yang bijak dan bertanggung jawab, baik dalam konteks pernikahan maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Kendali diri yang rendah dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan pernikahan. Misalnya, dalam hal pengasuhan anak, individu yang menikah dini mungkin kurang mampu mengendalikan perilaku mereka sendiri sehingga sulit untuk menjadi panutan yang baik bagi anak-anak mereka.
Selain itu, mereka mungkin lebih rentan terhadap konflik dalam pernikahan karena kurang mampu menahan diri dari reaksi emosional yang impulsif.
Kendali Emosi
Kendali emosi adalah kemampuan untuk mengelola dan mengatur perasaan seseorang agar tidak mengganggu kesejahteraan psikologis dan hubungan interpersonal. Seperti kendali diri, kendali emosi juga melibatkan prefrontal cortex serta struktur otak lainnya seperti amigdala, yang bertanggung jawab atas respon emosional.
Amigdala pada remaja lebih aktif dibandingkan pada orang dewasa, yang berarti bahwa remaja cenderung lebih emosional dan reaktif terhadap stres dan konflik. Dalam pernikahan dini, tingkat stres yang tinggi dan tuntutan emosional yang berat dapat menyebabkan ketegangan dan konflik yang lebih sering dan intens.
Kurangnya kendali emosi pada pasangan muda ini dapat memperburuk situasi, mengarah pada hubungan yang tidak sehat dan bahkan kekerasan dalam rumah tangga.
Penelitian menunjukkan bahwa individu yang menikah pada usia dini lebih mungkin mengalami gangguan kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan. Hal ini disebabkan oleh kombinasi dari stres pernikahan, tanggung jawab yang besar, dan kurangnya dukungan emosional yang memadai.
Tanpa kendali emosi yang baik, individu ini mungkin kesulitan untuk mengatasi tekanan psikologis yang timbul dari pernikahan dini.
Kendali Finansial
Kendali finansial adalah kemampuan untuk mengelola keuangan pribadi dan keluarga secara efektif dan bertanggung jawab. Ini melibatkan kemampuan untuk merencanakan anggaran, menabung, berinvestasi, dan mengelola utang. Kemampuan ini sangat penting untuk kesejahteraan jangka panjang dan stabilitas ekonomi keluarga.