PASANGKAYU, Mandarnesia.com — Pemerintah Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat melayangkan protes ke Pemerintah, setelah wilayahnya yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Donggala, masuk ke wilayah Sulawesi Tengah.
Berdasarkan Permendagri Nomor 60 Tahun 2018 yang terbit tanggal 25 Juli 2018, luas wilayah Kabupaten Pasangkayu yang mengalami pergeseran tapal batas ke wilayah Donggala seluas 5.400 hektar. Wilayah yang dicaplok versi Permendagri 60 mencakup lima dusun.
“Ini juga jadi pertanyaan kita. Kok ada jangka waktu seperti itu kita tidak disampaikan lebih awal. Kami tidak pernah mendapatkan pemberitahuan pada saat Permendagri itu diundangkan. Kami juga konfirmasi ke Provinsi mereka juga tidak dapat,” kata Kabag Pemerintahan Pasangkayu, Muhammad Hatta kepada mandarnesia.com saat ditemui di Kantor KPU Pasangkayu, Jumat, (7/12/2018). KPU mengundang lintas stakeholder untuk membahas potensi hilangnya 457 pemilih berbasis DPT Pasangkayu.
Lima dusun tersebut, masing-masing Dusun Putih Mata Dusun Lalla, Dusun Siwata, Dusun Waisuba, dan Dusun Waitikke yang masuk wilayah Desa Pakawa, Kecamatan Pasangkayu. Desa tersebut memiliki 10 dusun.
Ditegaskan, Pemkab Pasangkayu melayangkan protes setelah tanggal 15 November menerima Permendagri tanggal 13 November tahun 2018.
“Bapak Bupati telah melayangkan surat penolakan kepada gubenur, dan tanggal 19 surat penolakan juga disampaikan gubernur, dan tanggal 23 November menyerahkan penolakan ke Sekretaris Jenderal di Jakarta,” jelasnya.
Hatta mengatakan akan tetap melakukan konsultasi penuh dengan pemprov dan menunggu langkah yang dilakukan pusat.
“Kita masih menunggu keputusan pusat. Saya juga menyampaikan masalah pergeseran tapal batas akan mengakibatkan tingkat kerancuaan terhadap Daftar Pemilih Tetap (DPT) dalam Pemilu 2019,” tutupnya.
Rapat ini dipimpin Ketua KPU Pasangkayu Syahran Ahmad disertai komisioner Harlywood dan Heriansyah. Korwil Pasangkayu Adi Arwan Alimin juga hadir bersama pimpinan DPRD Pasangkayu Syaifuddin Andi Baso, Dandim, Polres, Bawaslu Pasangkayu, Camat Pasangkayu, dan tokoh-tokoh masyarakat Pakawa.
Reporter: Sudirman Syarif