Laporan : Karmila Bakri
MAMUJU,mandarnesia.com-Penumpang kapal Feri rute Mamuju-Balikpapan resah akibat pemberangkatan tertunda. Terbatasnya armada kapal menjadi faktor utama sehingga puluhan penumpang terkatung-katung di pelabuhan Simboro, Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat.
Mansur (60) salah satu penumpang mengatakan, harga tiket untuk dewasa Rp160.000, anak-anak usia dua tahun Rp115.000. Sedangkan anak-anak belum berusia dua tahun tidak dikenakan tarif.
Saat ini, sekitar 600 orang yang sudah mendapatkan tiket. Belum termasuk penumpang yang belum mendapat tiket. Kapasitas penumpang yang terkatung-katung tentunya akan semakin bertambah memenuhi area penampungan penumpang.
Nenek Eti, salah satu lansia yang berada di tempat penampungan mengatakan, dirinya belum mendapatkan tiket hingga, Senin (8/7/2019) kemarin.
“Nak, yang beli tiket saja berhari-hari belum berangkat, apalagi nenek kasian yang belum dapat tiket saat ini,”katanya.
Nenek Eti berharap, bisa berangkat ke Berau Kalimantan Timur segera. Meski sudah dipastikan harus menahan jenuh menunggu kepastian keberangkatan.
Tempat penampungan sementara yang disediakan oleh pelabuhan terlihat padat, akibat banyaknya jumlah penumpang menunggu jadwal keberangkatan yang selalu tertunda. Persoalan ini letaknya kurangnya armada kapal.
Penumpang ada yang sampai seminggu tidak berangkat, nampak penumpang mulai dari balita sampai lansia terkatung-katung di tempat penampungan.
Bahkan teras-teras tidak hanya di tempati untuk menumpuk barang-barang mereka. Namun, dijadikan sebagai alas tidur.
Mansur (60) penumpang kapal mengatakan, sudah seminggu di area penampungan. Gedung di pelabuhan tersedia untuk tempat tidur, namun masih saja tidak cukup memuat karena banyaknya penumpang.
“Buah pisang yang mentah saya bawah berkarung-karung untuk perkiraan bisa masak setiba di Balikpapan. Akhirnya masak di tempat karena sudah seminggu menunggu di sini, dan buah-buah pisang saya sudah mulai terlihat membusuk,” tambah Mansur.
Balita-balita dan lansia terlihat pula tidur melantai di area penampungan, jenuh menunggu dirasakan. Apatah lagi rentan kesehatan akan terganggu, akibat ruang penampungan tidak sebanding dengan kapasitas penumpang.
Kebanyakan penumpang juga mengeluhkan antri berjam-jam untuk mandi. Sebab, kamar mandi juga terbatas. Harapan besar para penumpang sedianya kapal feri segera datang dan mengangkut kejenuhan mereka, yang sudah berhari-hari tinggal di area penampungan pelabuhan. Tentunya sangat membosankan.