Di masa pemerintahan Soekarno sebagai presiden pertama, dan dikenal sebagai Bapak Proklamator, punya jasa besar dalam memperjuangkan kemerdekaan, dan juga punya kekurangan dalam perjalanan mengelola negara.
Soekarno dikenal dengan demokrasi terpimpinnya, yang banyak mendapat kritikan dari berbagai tokoh bangsa lainnya, seperti Bung Hatta, dan tokoh-tokoh bangsa lainnya, sehingga ada ketidakharmonisan dalam pengelolaan negara.
Begitupun dengan masa orde baru, diawal kepemimpinan Soeharto, yang sebelumnya dikenal sebagai penyelamat negara dari rongrongan PKI, diawal pemerintahannya dapat mengelola bangsa dengan baik, namun dalam perjalanannya yang panjang mulai muncul kediktatoran, sehingga terjadi ketimpangan yang cukup parah dalam perjalanan mengelola negara.
Dia menyederhanakan kepartaian menjadi tiga partai, namun fungsi partai di bawah pengawasan pemerintah, Golkar mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan kedua partai lainnya.
PPP dan PDI diawasi pergerakannya, dihalangi gerakannya, sehingga mereka tidak punya taring dalam mengkritisi pemerintah, pemerintah orde baru memakai politik belah bambu, satu partai diangkat dan kedua partai lainnya diinjak. Disinilah terjadi kediktatoran politik yang diterapkan oleh orde baru.
Namun bagaimana pun masifnya gerakan orde baru, ada suara-suara dari para tokoh bangsa yang sangat merindukan kebenaran, itu muncul di sana-sini, sekalipun akibat yang dia terima, membahayakan dirinya karena yang mereka hadapi adalah pemerintah yang punya kekuatan.
Itulah para ghuraba bangsa, berani melawan ketidakadilan yang diterapkan penguasa orde baru. Puncak dari perjuangan para ghuraba bangsa terjadi pada tahun 1998.
Dikenal dengan gerakan reformasi, para penggerak reformasi adalah tokoh-tokoh atau para ghuraba bangsa yang tidak pernah berhenti menyuarakan kebenaran-kebenaran, dan mengkritisi ketimpangan-ketimpangan yang dilakukan oleh pemerintah orde baru.
Namun pihak pemerintah tidak menghiraukan kritikan tersebut karena sudah sangat terkontaminasi kenyamanan mengelola negara sekalipun keluar rel kebenaran.
Akhirnya lewat perjuangan yang tidak mengenal lelah, perjuangan para ghuraba bangsa, mendapat dukungan dari berbagai pihak termasuk mahasiswa sebagai pelanjut cita-cita perjuangan bangsa, mendapatkan hasil yang sangat luar biasa, yakni menjatuhkan pemerintahan yang otoriter yang berkuasa selama 32 tahun.
Para pejuang kebenaran bangsa yang tadinya jumlah sangat sedikit, tetapi dimotori oleh tokoh-tokoh yang punya otoritas, bersih, punya kewibawaan, berani, bijak, sehingga pada akhirnya mendapatkan dukungan dari berbagai pihak.
Kita sangat berterima kasih kepada para pejuang atau ghuraba bangsa yang tidak pernah pesimis dalam memandang perjalanan bangsanya, bagi mereka kepentingan bangsa di atas segala-galanya.
Kita rindu kepada mereka para pejuang bangsa yang tidak berhenti berteriak demi eksistensi bangsanya kedepan.
Bumi Pambusuang, 26 Pebruari 2024