Laporan : Busriadi Bustamin
MALUNDA,mandarnesia.com—Keajaiban, lekat pada Faisal (55) sebagai sosok lelaki kuat saat gempa melululantahkan tempat kelahirannya. Imam Dusun Aholeang Desa Mekkatta Kecamatan Malunda, itu terus mengusap air matanya, setiap mengulas kisahnya kembali.
Kekuatan gempa dan longsor kala itu menjadi hal yang sangat luar biasa baginya. Kata Faisal, warga panik dan langsung menyelamatkan diri ke tempat yang dianggap lebih aman.
Usai gempa pertama, Kamis 14 Januari. Ia bersama keluarga memilih tinggal di depan rumah dengan mendirikan tenda seadanya. Kekhawatiran akan adanya gempa susulan menjadi alasan utama.
Ia pun menyusun beberapa rencana. Jemaah Masjid Babul Rahmah diajak untuk dzikir bersama jelang subuh tiba. Dengan maksud memohon keselamatan dan perlindungan dari Allah dan seluruh ummat Rasulullah, agar selamat dari bencana. Yang juga, merupakan tanggung jawabnya sebagai imam untuk tetap menjaga kerohanian jemaahnya.
“Tapi itu tidak bisa kami lakukan. Karena gempa lebih awal datang,” katanya.
Kekhawatiran itu, ternyata benar. Tepat pukul 02.28 Wita dini hari, terjadi gempa susulan yang begitu dahsyat dengan kekuatan 6,2 magnitudo.
Niat matang yang tersusun rapi tak tersampaikan lagi, ketika itu buyar dengan pusaran gempa dan longsor. Di sisi inilah kejadian misteri menghampiri.
“Jatuh lemari apa semua. Pokoknya saya tetap mengingat Allah. Kalau saya ingat ini pak, saya menangis pak. Jadi saya tidak bisa bercerita banyak soal ini,” kenang Faisal, yang dikarunia tujuh anak sembari mengusap air matanya.
Saat gempa mengguncang dan mempora-porandakan kampungnya, Aholeang. Faisal tak tahu menahu mengapa tiba-tiba ada Al-quran ditangannya. Sebab saat itu, dirinya tersungkur akibat guncangan gempa. Di sekelilingnya hanya terdengar suara gemuruh. Lampu padam sejak pasca gempa pertama 5,9 magnitudo. Sehingga, ia pun mengerahkan segala tenaga rohaninya.
Al-Quran yang datangnya secara tiba-tiba itu, dijadikan senjata dalam melawan kuatnya bencana. Ia terus mengayunkan tangan kanannya yang mengawat alquran. Penuh khusuk, ia terus bermunajab untuk keselamatan semua warga. Batinnya terus menyeIami kekuatan kitab suci itu.
“Saya mengayunkan terus Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an termasuk tanda kesucian. Semua yang ada dalam Al-Qur’an sudah mencakup dunia dan akhirat,” tutur Faisal di kamp pengungsian, Bukit Mekkatta, Desa Mekkatta.
Seketika kembali tersadar, dirinya langsung mengayunkan Al-Qur’an yang berada di tangan kanannya. Seolah mengisyaratkan, menggeser jalur longsor besar itu. Gerakan tangannya pun tak ia sadari, dalam pikirnya semata hanya keselamatan warga.
Beruntung, longsoran batu-batu besar, berbelok arah. Rumah Faisal dan sebagian rumah penduduk yang berada di sekitar rumahnya, yang sebelumnya terancam timbunan, akhirnya selamat. Nyawa sebagian warga pun selamat dari musibah mengerikan itu. Semua penuh misteri. Cerita faisal dengan suara gemetar dan tangis haru.
“Alhamdulillah, berkat kekuasaan Tuhan longsoran batu-batu besar berbelok. Sambil saya berdoa saat mengayunkan al qur’an selamatkanlah ummatmu ya Allah,” ucap Faisal, yang telah 30 tahun menjadi Imam Masjid Babul Rahmah Dusun Aholeang.
Belum usai, nasib buruk masih terus mendera setelah gempa menghening. Suara gemuruh lanjutan dari batu-batu besar, menjadi momok menakutkan yang membentang di belakang rumah Faisal kala itu. Beliau terus berlari-lari kecil dari rumah ke masjid.
“Pokoknya saya tetap berdoa,” ucapnya.
Jania, istri Faisal juga melihat suaminya mondar-mandir. Dari Masjid ke rumahnya. Sambil meletakkan Al-Qur’an di atas kepalanya. Di dalam suasana genting, kata Jania, suaminya tetap memanjatkan doa. ” Selamatkanlah ummatmu ya Allah. Selamatkan ummatmu ya Allah,” kata Jania mengutip kalimat suaminya saat-saat kampungnya dilanda gempa disertai longsor.