Menempuh perjalanan sekitar lima jam, setelah lepas landas dari Pelabuhan Simboro Mamuju, akhirnya sampai di salah satu pulau tujuan pertama kami. Yakni Pulau Ambo Dusun Ambo Timur, Desa Bala Balakang Timur, Kecamatan Bala Balakang.
Dengan menggunakan kapal motor Baladewa 8002 milik Polisi Perairan (Polair). Tak banyak yang bisa kami lakukan di atas kapal selama perjalanan, sesekali hanya memandang kiri kanan kapal. Luasnya lautan terbatas oleh cakrawala. Desing ombak yang terbelah atas tangguhnya kapal besi yang selanjutnya akan berlayar menuju Palu, setelah membawa kami kembali ke tanah Manakarra.
Pandangan mulai terkonsentrasi pada sebuah gugus pulau yang mulai terlihat semakin besar. Mercusuar yang berdiri kokoh menjulang tinggi ke angkasa, menjadi bangunan pertama yang bisa kami kenali. Nahkoda kapal menyiagakan personil. Rupanya kapal telah bersiap untuk berlabuh dengan jarak sekitar dua mil dari bibir pantai.
Nelayan setempat satu per satu mengepung menggunakan kaloto. Ini lah kapal yang akan mengantar kami menuju daratan. Ramahnya alam mulai berubah, ombak menggulung besar dan mengombang-ambingkan perahu nelayan bertulis laut biru itu.
Sepuluh menit dengan rasa khawatir, sampailah di salah satu pulau yang mendadak menjadi perbincangan setelah Kalimantan Timur mengklaim pulai ini masuk dalam peta wilayahnya.
Bismillahirrohhmanirrohim, Assalamualaikum. Petuah itu saya lafalkan, mengawali lompatanku mendarat ditumpukan pasir putih yang menjadi pembatas antara laut dan dataran pulau.
Ucapan selamat datang Penjabat Gubernur Sulbar dan Kapolda Sulbar dengan barisan bendera merah putih dibungkus balutan janur terpancang kokoh, berkibar menyapa sebelum masuk ke dalam perkampungan warga.
Banyak pertanyaan yang telah siap menanti pemerintah. Dalam dialog, masyarakat menyampaikan keluhannya terhadap pelayanan kesehatan, transportasi, tenaga pengajar, jaringan komunikasi, dan cerita pulau yang telah tenggelam
“Masalah kami banyak di sini pak, utamanya masalah pelayanan kesehatan, pustu di tempat kami ini sering kehabisan obat dan yang paling parahnya kalau ada pasien yang harus dirujuk, itu harus ambil surat rujukan ke Pulau Salissingan, dengan waktu tempuh tiga jam itupun kalau ombak tidak besar. Kemudian kembali lagi ke Mamuju, kalau berangkat dari sini ke Mamuju paling lama lima jam, tapi kalau harus ke Salissingan dulu perjalanan menjadi delapan jam, kalau seperti ini pasien bisa mati,” kata Dirman Kepala Dusun Ambo Timur.
Menjawab pertanyaan itu, Bupati Mamuju Habsi Wahib mengatakan, pemerintah bersama Kepala Dinas Kesehatan, berjanji akan membuatkan aturan khusus tersebut.
“Kalau ada pasien yang mau dirujuk, tidak usah ke Salissingang, langsung saja ke Mamuju,” tuturnya.
#SudirmanSyarif#BusriadiBustamin