Penamaan Tangnga-Tangnga juga diambil dari nama Tangnga-Tangnga Lambanan lantaran kuba masjid di Lambanan diambil kubahnya untuk digunakan di Masjid Kerajaan Balanipa yang didirikan oleh Daetta.
Beberapa literatur menyebutkan bahwa ritual Totamma Mangaji (khatam Quran) yang diarak keliling kampung dengan menggunakan kuda menari (sayyang Pattu’du’) adalah gagasannya. Termasuk beliau adalah arajang yang punya kepedulian dalam membangun infrastruktur dan fasilitas penting bernama pelabuhan.
Pelabuhan Tangnga-Tangnga sekaligus menjadi pelabuhan yang sangat menunjang roda perekonomian dan pertumbuhan ekonomi masyarakat Balanipa saat itu. Daetta Tommuane memang sangat berjasa dalam hal membangun peradaban Mandar yang islami.
Masjid Kerajaan Balanipa
Terkait tentang pengembangan agama Islam di wilayah kerajaan Balanipa, Daetta awalnya terlibat dalam proses pembangunan langgar di Tangnga-Tangnga (sekarang Desa Lambanan) sekaligus sebagai tempat mukim (muking) atau semacam pondok pesantren yang fokus mengajarkan agama islam pada generasi Balanipa.
Langgar ini kemudian dipindahkan ke kampung Lambanan (pusat perkampungan Lambanan sekarang) menjadi Masjid Abadan (Versi lain Masjid Haqqul Yakin). Dari sinilah Annangguru Malolo mengembangkan syariat Islam dengan memperdalam keilmuan.
Pada saat pemindahan langgar dari atas gunung (Tangnga-Tangnga) ke pusat perkampungan Lambanan), badan masjid dibangun di Lambanan sementara kubah diangkut ke daerah pesisir yang sekarang menjadi Desa Tangnga-Tangnga.
Disebut Tangnga-Tangnga karena mengabadikan asal kubah langgar yang dijadikan kubah pada bangunan yang kemudian menjadi masjid kerajaan Balanipa di Tangnga- Tangnga. Masjid Kerajaan tersebut sudah dirobohkan dan dibangun masjid dengan arsitektur modern. Hal sama juga terjadi di Lambanan. Masjid Abadan yang menjadi situs masjid tertua di Mandar itu telah dirobohkan pada tahun 2016 dan diganti dengan bangunan baru
Masjid kerajaan yang sekarang dalam wilayah Desa Tangnga-Tangnga Kecamatan Tinambung Kabupaten Polman tersebut seharusnya tetap bisa dipertahankan statusnya sebagai masjid kerajaan, termasuk mempertahankan mukim patappulo atau ponpes yang dibangun saat itu.
Saat pertama berkunjung ke masjid di Tangnga-Tangnga tersebut, penulis bahkan tidak pernah membayangkan bahwa masjid yang mempunyai menara tinggi ini adalah bekas masjid kerajaan yang dibangun oleh Daetta Tommuane.
Sama sekali tak ada penanda yang ditemukan, sebab mukim yang dibangun tersebut juga telah tergantikan dengan hanya bangunan kelompok bermain untuk anak-anak usia dini (PAUD).