“Ramadan kini telah beranjak pergi meninggalkan kita, dan kita tak pernah tahu apakah setelah hari ini masih akan ada lagi Ramadan untuk kita atau tidak. Tapi meski Ramadhan telah menjauh jejak-jejak tarbiyah dan pembelajaran kita bersamanya jangan sampai ikut serta pergi dan menghilang bersamanya.”
Demikian khotbah Idul Fitri yang disampaikan ustadz Amiruddin Al-Bugizy, M.Pdi. di pelataran SD IT Wildan Mamuju, Senin, 2 Mei 2022.
Pelajaran paling penting dan fundamental yang diwariskan oleh Ramadhan untuk kita semua adalah bahwa rahasia kemenangan kejayaan dan keberhasilan kita sebagai hamba Allah selalu bermula dari dalam diri kita sendiri. Baik sebagai pribadi maupun sebagai umat.
Kekuatan rohani menjadi salah satu rahasia umat. Keberhasilan kita melewati siang yang panas dan menggoda dengan berpuasa melintasi malam yang sejuk dan membuahi dengan sudut-sudut yang panjang menjalani saat-saat dalam tilawah Al-Quran serta dengan penuh kerelaan diri merogoh kantong untuk berbagi kepada sesama.
Kekuatan rohani dan jiwa itu sepenuhnya bersumber dari aqidah dan keyakinan kuat kita bawa di penghujung setiap kepayahan berpuasa menegak diri dalam tarawih. Menahan nafsu makan terhadap sesuatu yang halal dan mengorbankan harta yang dicintai di jalan Allah itu wujudnya ada kehidupan akhirat yang kebahagiaan dan kesenangan tiada lagi akhir dan penghujungnya.
Kekuatan rohani janjimu itu sepenuhnya bersumber dari aqidah dan keyakinan. Jika Allah azza wa jalla telah menjanjikan sesuatu kepada hambanya maka dia tidak akan pernah mengingkari janjinya. Janji Allah kepada hamba-hambanya yang beriman pasti akan turun di akhirat.
Jika Ramadan adalah miniatur kehidupan dunia kita maka darinya kita belajar bahwa kehidupan dunia ini kita selanjutnya baik sebagai individu maupun sebagai umat hanya akan berjaya dan berbagai saat kita menjalani dengan kebijakan dan pegangan. Aqidah yang tidak hanya kuat dan kokoh tetapi juga bersumber benar seperti yang diteladankan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan para sahabat.
Hari-hari dunia yang sementara ini akan selalu dipenuhi dengan ragam ujian dan cobaan mulai dari ujian dan cobaannya menyenangkan hingga ujian dan cobaan yang membuat jiwa merana.
Hari-hari belakangan ini kita rakyat Indonesia Tengah diuji dengan aneka ragam bentuk krisis ekonomi yang semakin berat.
Begitu pula ujung-ujungnya mengusik sisi keberagaman kita sebagai umat Islam Indonesia, sebagaimana misalnya tauhid yang jelas-jelas termasuk dalam sila pertama Pancasila Ketuhanan Yang Maha Esa.
Bagaimanapun juga kita berkewajiban untuk terus memberi nasehat kepada pemerintah untuk segera berbenah dan bekerja sungguh-sungguh demi kepentingan rakyat, tapi apakah kebahagiaan jiwa kita harus menunggu hingga semua krisis itu berakhir tentu saja tidak kaum muslimin yang dimuliakan Allah.
Semua yang terjadi baik maupun buruknya untuk kita adalah qadha dan Qadar Allah. Keyakinan tentang takdir Allah inilah yang selalu menuntun kita untuk membulatkan kesabaran dan keyakinan bahwa dibalik setiap kesulitan pasti ada banyak hikmah yang baik dan kebaikan yang tidak terduga. Cara hidup seperti inilah yang akan selalu membawa kebaikan dalam kehidupan kita bersyukur saat dikaruniai ke lapangan bersabar saat kesempitan.
Meskipun kesabaran itu tidak menghapuskan kewajiban untuk memberikan nasihat kepada para pemimpin kaum muslimin sebagaimana yang diatur oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Aqidah dan keimanan kita sebagai seorang muslim yang kuat dan kokoh juga harus benar dan shahih benar. Artinya harus berdasarkan sumber yang benar dan valid serta dipahami dengan cara dan metode yang shahih.
Bersumber dari Rasulullah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melalui para sahabatnya kemudian dipahami dengan cara dan metode yang persis sama metode Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan para sahabat dalam memahaminya.
Aqidah dan keyakinan tidak cukup sekedar kuat karena akidah yang kuat tapi tidak benar, hanyalah melahirkan pribadi sudah jelas salah tapi masih ngotot maka validasi ilmu dan informasi itu sangat penting dalam Islam. Bahkan Islam satu-satunya agama di alam semesta ini yang dibangun di atas validasi ilmu dan informasi yang kuat. Islam tidak butuh untuk diperjuangkan dengan info-info palsu dan tidak benar di zaman medsos hari ini. Tidak sedikit orang yang bermaksud baik ingin membuktikan kemuliaan dan kehebatan Islam atau ingin memperingatkan umat Islam tapi dengan menyebarkan info-info palsu alias hoaks yang tidak pernah bisa di pakai sebagai kebenarannya.
Aqidah dan keyakinan yang kuat dan benar adalah rahasia utama keberhasilan perjuangan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Dan para sahabat meski jumlah personil dan kekuatan fisik mereka sangat minimalis sisi ekonomi dan finansial mereka sangat terbatas iklim teritorial di mana mereka hidup adalah padang pasir gersang yang tidak didukung infrastruktur yang memadai, namun bermodalkan aqidah dan keyakinan yang kuat dan benar kepada Allah dan Rasulnya itu generasi muda itu berhasil menjebol hingga meruntuhkan dua imperium besar dalam sejarah imperium Romawi dan imperium Persia.
Ketidakadilan seringkali menjadi pemicu konflik dalam interaksi umat beragama di negeri kita, umat Islam yang sejak awal berdiri republik ini telah begitu toleran terhadap pihak lain justru seringkali menjadi korban ketidakadilan.
Dari generasi para sahabat itu kita belajar bahwa aqidah yang kokoh dan benar akan memberikan kekuatan yang hakiki bagi setiap kita sebagai individu dan bagi kita sebagai umat untuk mewujudkan menjadi pribadi dan umat yang kuat.
Ketidakadilan memang selalu menjadi sumber berbagai masalah dalam kehidupan sosial dan bernegara termasuk persoalan terorisme yang masih mengusik hingga kini tidak mengherankan jika mendiang presiden BJ Habibie menegaskan bahwa perang terhadap terorisme harus dimulai dari penanggulangan akar permasalahan yang dihadapi bangsa bangsa di dunia, yakni kemiskinan dan ketidakadilan.
Sebabnya keadilan menjadi salah satu ajaran sentral dalam Islam. Seorang muslim bahkan diperintahkan untuk berlaku adil kepada musuh-musuhnya. Keadilan bahkan ditegaskan oleh Allah sebagai jalan yang mendekatkan kepada ketakwaan Allah ta’ala.
Semoga Ramadan kali ini menjadi Ramadhan terbaik kita yang meninggalkan jejak penghambaan dan ketaatan dalam kita. Maka pertahankan semua kebaikan dan amalan salih yang selama ini anda kerjakan di bulan Ramadan, manfaatkan nikmat kebebasan beribadah di negeri kita ini dengan sebaik-baiknya.
Usia muda Anda sama sekali tidak memberikan jaminan hidup Anda masih lama, karena di hadapan kematian tua maupun muda bahkan tidak ada bedanya keduanya sama-sama berpeluang untuk meninggalkan dunia lebih dulu.
Akan kemana setelah ini perjalanan hidupku.
Perbaikilah kompas dan arah hidup anda semua selagi Allah masih memberikan kesehatan fisik dengan dan kesempurnaan akal.
Salah satu barometer kokohnya aqidah dan tauhid kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala adalah tatkala kita mampu mencintai sesama saudara kita karena Allah dan membenci pula karena Allah.
Kedua tangan memang tak sanggup merangkul semua saudara kita di seluruh belahan dunia namun hati yang Allah titipkan dalam setiap dada kita sanggup melakukan itu. Maka rangkullah hati kita seluruh saudara kita seiman dimanapun mereka berada sebagaimana tanda kebenarannya dan tokohnya imam dan tauhid di dalam relung sanubariku kita.
Masih adakah tangisan hati tak kalah melihat saudara saudara kita di Palestina yang melalui hari-hari mereka dengan penuh kesulitan dan kepayahan. (*)
#disari dari materi khutbah Idul Fitri 1443 H.
Ilustrasi: Freepik