Internalisasi Nilai-nilai Ramadan

Oleh : Ilham Sopu

Ramadan telah meninggalkan kita. Kita menunggu lagi sebelas bulan ke depan untuk bersua kembali dengan bulan mulia itu.

Begitu banyak bekas bekas pengalaman keberagamaan yang ditinggalkan ramadan. Mulai dari sahur sampai sahur kembali.

Proses waktu dari sahur ke sahur, sangat bernilai tinggi di sisi Tuhan bagi yang menjalankan ibadah puasa sesuai dengan kaidah kaidah keagamaan.

Betapa berlipat gandanya pahala bagi orang yang berpuasa di bulan ramadan dan sangat berbeda dengan bulan bulan yang lain.

Secara eskatologis pintu-pintu surga dibuka pintu neraka ditutup dan setan dirantai. Pintu surga dibuka lebar lebar betapa berpeluangnya seseorang untuk masuk surga karena berlimpahnya pahala di bulan ramadan.

Pintu neraka ditutup rapat rapat karena berlimpahnya pahala di bulan ramadan, sehingga tidak ada waktu untuk melakukan kemaksiatan, kemudian setan dirantai. Artinya gerak-gerik setan terbatasi karena aktifitas orang orang berpuasa selalu dalam ketaatan kepada Tuhan.

Bulan ramadan sebagai bulan latihan atau madrasah ruhaniah bagi anak adam, ruhani menjadi orientasi utama supaya punya ketajaman terhadap isyarat isyarat Tuhan dalam menjalankan perintahnya maupun larangannya.

Dalam bahasa Imam Al-Gazali bahwa ruhani itu ibarat kaca kalau tidak pernah dibersihkan akan kabur dan sulit menerima pancaran cahaya ilahi, tetapi kalau kaca itu bersih dan mengkilap akan mudah menerima cahaya ilahi.

Begitulah ruhani, bulan ramadan sebagai media pengsucian ruhani supaya peka atau mudah menerima isyarat isyarat dari Tuhan.

Manusia betul betul mendapatkan cas keruhanian sehingga sinyal ketuhanan sangat kuat dalam diri manusia begitupun sinyal kemanusian terhadap sesama akan semakin baik, karena memang ibadah puasa sangat menekankan kepekaan sosial terhadap sesama.

Internalisasi nilai nilai puasa dalam diri manusia adalah suatu keniscayaan, karena puasa sangat besar efeknya terhadap pencerdasan kemanusiaan, apakah itu pencerdasan intelektual, ataukah pencerdasan emosional maupun pencerdasan spritual, ketiga kecerdasan ini dikandung dalam ibadah puasa.

Kecerdasan intelektual sangat terasa dalam bulan ramadan, karena di dalam ramadan kita dianjurkan untuk banyak mambaca Quran dan bacaan bacaan yang lain di samping itu kita lebih banyak mendengarkan pesan pesan keagamaan,dan inilah jalan untuk mengasah kecerdasan intelektual manusia.

Yang kedua kecerdasan emosional atau dalam bahasa agamanya sabar, puasa itu sangat identik dengan kesabaran, karena sabar secara bahasa berarti menahan, sabar tidak makan, tidak minum maupun sabar untuk tidak berhubungan badan dengan istri atau suami di siang hari di bulan ramadan, juga untuk tidak mengucapkan perkataan kotor atau berhoaks karena ini dapat merusak nilai nilai puasa.

Dan yang ketiga bahwa puasa itu memberikan pencerdasan spritual kepada manusia.

Bulan ramadan bulan spritual, pengasahan spritual itu sangat berpengaruh di bulan ramadan, lewat ibadah ibadah yang intens dan bersinambung spritualtas manusia akan menguat sehingga kedekatannya dengan Tuhan akan terasa, dan manusia akan terbimbing langsung dari Tuhan.

Ketiga nilai nilai puasa inilah yang harus terinstal dalam diri manusia sehingga nilai puasa dapat punya efek terhadap kehidupan pasca bulan ramadan. Sebab salah satu tanda keberhasilan ibadah puasa terhadap seseorang adalah perubahan akhlah dari sebelum ramadan dengan pasca ramadan.

Itulah nilai nilai dari ibadah puasa yang harus diinternalisasikan kedalam diri manusia dan haruslah mendarah daging dalam dirinya sehingga akhlak yang baik akan muncul secara alamiah.

Dan manusia bisa terhubung dengan Tuhan secara vertikal dan terhubung dengan manusia secara horizontal. Akibat dari nilai nilai puasa sudah sangat mengakar dalam dirinya.

(Pambusuang, April 2024)